TRIBUNJATIMTIMUR.COM, BANYUWANGI - Kehadiran pisau yang tajam dan mumpuni di dapur adalah keniscayaan.
Muhammad Pandu (38), warga Kelurahan Kebalenan, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menganggap hal itu sebagai peluang hingga membuka jasa asah pisau dapur.
Setiap pekannya, puluhan pisau dapur ia asah di ruang kerjanya, bangunan di lantai dua rumahnya di Perumahan Baru I.
Pisau-pisau tersebut kebanyakan milik ibu rumah tangga serta kafe/restoran.
"Saya melayani segala macam pisau dapur. Mulai yang paling murah pisau biasa seharga Rp 30 ribu hingga yang bermerek seharga Rp 4,5 juta," kata Pandu, Sabtu (31/5/2025).
Pandu mengasah pisau dengan dua metode. Manual dengan menggunakan ungkal (batu pengasah) dan mesin. Pengasahan menggunakan batu ungkal memakan waktu lama, hingga dua jam untuk satu unit pisau.
Sementara pengasahan menggunakan mesin dinamo menghemat waktu hingga lebih dari separuh. Biasanya, Pandu mengombinasikan keduanya agar hasil pengasahan bisa cepat dan maksimal.
Meski kelihatan sepele, mengasah pisau tak bisa dilakukan sembarangan biar hasil maksimal. Pandu sempat menunjukkan perbedaan performa pisau sebelum dan sesudah ia asah.
Sebelum diasah, pisau terasa tumpul. Cukup sulit untuk memotong benda yang sebenarnya tak terlalu keras. Namun setelah diasah, pisau jadi teramat tajam, tak butuh tenaga untuk sekadar memotong kertas.
"Sebaiknya memang memahami pisaunya dan alat asahnya. Batu ungkal ada banyak sekali jenisnya. Harganya pun bervariasi. Salah satu milik saya adalah buatan Jepang seharga Rp 1,8 juta," lanjut dia.
Untuk mengasah sebiji pisau, Pandu mematok tarif sesuai dengan panjang bilah mata. Setiap sentimeter ditarif Rp 1.000 untuk pisau berbahan stainless dan Rp 2.000 untuk pisau berbahan baja atau karbon.
"Kalau untuk pemakaian dapur rumah, saya sarankan untuk menggunakan pisau stainless saja. Alasannya, perawatannya tidak susah dan makanan yang dipotong bisa tetap terjaga kehigenisannya," tutur Pandu, yang kini mengoleksi lebih dari 40 pisau dapur itu.
Pandu bercerita, perkenalannya dengan dunia asah pisau boleh dibilang tanpa disengaja. Niat awal belajar mengasah benda tajam itu hanya sekadar untuk membahagiakan sang istri.
"Istri saya jualan asinan. Jadi kegiatannya tiap hari tidak lepas dari memotong buah. Nah, kalau saat memotong itu pisaunya tumpul, istri bisa badmood dan cemberut," selorohnya.
Dari sanalah, Pandu mulai belajar. Awalnya dari tutorial YouTube. Hingga akhirnya belajar dari orang-orang yang sudah mahir di dunia pengasahan pisau dapur.
"Setelah itu ada teman yang pisaunya saya asahkan. Sama dia diunggah di media sosial. Ternyata banyak yang tertarik untuk mengasahkan pisaunya ke saya," lanjutnya.
Kepada pelanggan, Pandu menjanjikan pisau yang dibawa ke bengkelnya akan selesai dalam 24 jam. Artinya, mayoritas pisau harus menginap.
Tapi, pelanggannya tak perlu pusing sebab Pandu akan meminjaminya dengan pisau lain agar tetap bisa berkativitas di dapur.
"Iya, itu fasilitas yang saya berikan agar pelanggan juga tidak binggung saat pisaunya saya bawa untuk diasah," lanjutnya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Jatim Timur
(TribunJatimTimur.com)