Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner khas masing-masing.

Seperti dari Papua, Maluku dan beberapa daerah di Sulawesi memiliki papeda (makanan yang terbuat dari sagu) sebagai sumber karbohidrat dan seratnya, kemudian di Jawa Timur ada daun semanggi atau dengan nama lain marsilea, yakni tumbuhan yang biasa ditemui di pematang sawah.

Semanggi erat hubungannya dengan Kota Surabaya, seperti ikon.

Selalu dan tanpa pikir panjang dalam benak masyarakat Jawa Timur, terlebih Surabaya, daun semanggi akan menjadi olahan Semanggi Suroboyo, meskipun ada pula olahan seperti yang ditumis dan masak kuah santan.

“Semanggi itu tidak lekang waktu, sama seperti menu-menu lainnya. Pasti ada yang (suka) makan ini (menu-menu tersebut),” ujar Crown Prince Hotel Surabaya Executive Chef, Fridinal, Jumat (30/5/2025).

Chef Frid, sapaannya, menyebut, olahan daun semanggi, saus kacang kental, tauge dan kerupuk puli pada Semanggi Suroboyo seolah recalling memories (mengingat kenangan) untuk masyarakat.

Oleh karenanya, dalam merayakan HUT Surabaya ke-730, Crown Prince Hotel Surabaya menyuguhkan sessional menu yang terkurasi oleh Chef Fridinal.

Chef Fridinal dalam kesempatan ini menghidangkan beberapa masakan khas Surabaya, seperti rawon, lontong balap, rujak cingur dan semanggi.

Fridinal tidak semerta-merta karena momentum Ulang Tahun Surabaya saja melaunching menu tersebut.

Namun ia memiliki memori lain yang ingin dibagikan ke masyarakat.

“Meskipun saya lahir di Sulawesi, tapi saya besar di Surabaya. Roso Suroboyo akan selalu ada untuk saya, makanya saya mau bagi (melalui menu tersebut kepada masyarakat),” pungkasnya.

Selama satu bulan penuh, Crown Prince Hotel Surabaya akan menjadikan hidangan Roso Suroboyo, mengembalikan memori rasa, seperti halnya Chef Frid yang ingin mengajak nostalgia bersama melalui hidangan tersebut.

“Surabaya kuat dari rasa (masakan), berkarakter dan serunya adalah banyak yang suka, tidak selalu hanya warga Surabaya saja yang cocok,” tuturnya.

Nostalgia pada semanggi dirasakan Afif dan istrinya, Fitriya Asha.

Keduanya mengatakan, makanan semanggi adalah kesukaannya saat kecil.

Warga Surabaya itu mengatakan, ada rasa kangen ingin menikmati sebungkus semanggi saat berada di luar Jawa Timur.

Suenenganku semanggi, sekarang angel goleke. (Kesukaanku semanggi, sekarang susah dicari). Dulu masih di rumah eyang Jalan Cokroaminoto itu sering lewat, sekarang susah. Kalau ke Surabaya, yang dicari ya semanggi,” ungkap Fitriya yang kini berdomisili di Kalimantan.

Baca Lebih Lanjut
Bakso Pandawa, Sensasi Kuliner Indonesia di Jantung Sydney
Timesindonesia
Lestarikan Ragam Kuliner, Summarecon Hadirkan Eksibisi The Gading Archive
Detik
Pecinta Kuliner Wajib Merapat! The Local Hawkers ARTOTEL TS Suites Surabaya Ajak Tamu Rayakan Kekayaan Lokal
Timesindonesia
Unilever Food Solutions Future Menus 2025 Dorong Inovasi Kuliner di Asia Tenggara
Antaranews
Swiss-Belexpress Kuta Suguhkan Promo “Summer Flavours”, Sajian Tropis yang Menyegarkan Liburan Anda
Timesindonesia
Adaptasi Budaya Bikin Kuliner Timur Tengah Makin Diterima
Detik
Mahasiswa BIIP Polinema Suguhkan Expo Wisata dan Kuliner Bertema Keberlanjutan
Timesindonesia
Wisata Gunung Bohong, Pilihan Saat Long Weekend Nggak Jauh dari Jakarta
Detik
5 Kuliner Nonhalal Favorit di Malang, Ada Sate hingga Bakso
Detik
Menyinggahi SaigonSan, Restoran Hits Bernuansa Mewah ala Indochina di Kota Malang
Timesindonesia