SURYAMALANG.COM - Viral seorang istri nangis di pinggir jalan ternyata dipaksa ngemis oleh suaminya sendiri.
Saat sang istri nangis, sang suami malah duduk tenang sambil isap rokok dan menggendong bayi.
Kejadian ini terjadi di tengah jalan kawasan Kepala Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur.
Video viral itu diunggah oleh akun Instagram @ciracasinfo, Jumat (23/5/2025) dan mendapat banyak respons dari netizen.
Perempuan itu diduga menjadi korban KDRT suaminya sendiri, AG (38) setelah dipaksa mengemis.
Sementara sang suami terlihat duduk tenang sambil mengisap rokok dan menggendong bayi.
Padahal warga sekitar sudah berusaha menegurnya.
“Bawa saja ke Dinas, daripada disiksa istrinya. Dipaksa mengemis,” terdengar suara perekam video memperingatkan mengutip Kompas.com.
Sejumlah warga lainnya berupaya melerai, sementara si istri tak kuasa menahan tangis saat akhirnya dipisahkan dari suaminya. Kasus ini kemudian ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
Setelah ditelurusi, AG diduga mengalami gangguan jiwa.
“Petugas langsung meluncur ke lokasi.
Munjirin berujar, pihak Dinas Sosial segera mengambil langkah untuk membawa AG ke rumah sakit guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
“Hasil koordinasi dengan Kadis Sosial, dari dinas akan segera kita bawa ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit untuk kontrol, karena terindikasi sedikit gangguan kejiwaan,” jelasnya.
Ia menambahkan, AG kerap terlihat mengemis di sekitar wilayah Kelapa Dua Wetan sambil membawa serta istri dan dua anaknya yang masih balita.
"Ia kerap membawa istri beserta kedua anaknya yang masih balita dan sering memaksa," tutur Munjirin.
Seorang 'pengemis tajir' terciduk membawa 4 smartphone android dan mengaku bisa mendapat penghasilan dari mengemis hingga Rp 12 juta per bulan saat ditertibkan di Ponorogo.
Tak sendiri, penertiban pengemis yang dilakukan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo, Selasa (11/3/2025) juga mengamankan dua pengemis tajir lainnya.
Tiga pengemis yang ditertibkan di beberapa lokasi di Bumi Reog ini semuanya merupakan disabilitas.
Ketiga disabilitas itu berinisial S warga Kota Blitar Jatim, DU warga Kabupaten Sragen Jateng dan M warga Kabupaten Madiun Jatim.
Yang mencengangkan adalah para pengemis ini mengaku bisa mendapatkan penghasilan belasan juta rupiah tiap bulannya.
Dalam sehari, pengemis itu berpenghasilan Rp 400 ribu atau dalam satu bulan bisa meraup Rp 12 juta.
Ketika diperiksa oleh petugas Dinsos P3A, pengemis juga mempunyai 4 handphone jenis android yang semuanya keluaran terbaru.
“Jadi kalau kemarin PNS (Pegawai Negeri Sipil) kalah. Kalau ini bahkan sebulan mencapai Rp 12 juta. Mereka mengetuk rasa kasihan warga dengan keterbatasan fisik mereka,” ungkap Kepala Dinsos P3A Ponorogo, Supriyadi, Selasa (11/3/2025),
Dia menjelaskan akhir-akhir ini banyak aduan dari masyarakat bahwa banyak pengamen, pengemis di perempatan jalan. Dan semenjak sepekan lalu penertiban pengemis.
“Hari ini, kita lakukan penanganan kembali ada 3 pengemis. Kesemuanya dari luar kita, ada dari Blitar , Madium dan Sragen,” kata Supriyadi.
Yang dari Kabupaten Sragen berinisial DU itu menurutnya mulai mengemis pukul 09.00 wib. Ditertibkan oleh petugas Dinsos P3A pada pukul 11.45 wib.
“Kami tertibkan itu uangnya dapat Rp 174 ribu. Atau sehari 400 ribu. Memang ini eksploitasi kekurangan fisik dia disabilitas, dimanfaatkan yang bersangkutan,” urainya.
Untuk yang berinisial S warga Kota Blitar Jatim mendapatkan uang sebesar Rp 340 ribu. Petugas juga kaget ketika membongkar tas yang isinya adalah 4 handphone android.
“Mereka itu pemain lama. Tiga-tiganya beberapa kali kita tertibkan, sudah dapatkan layanan rehabilitasi, ternyata kembali ke jalan lagi,” bebernya.
Supriyadi menjelaskan bahwa mereka sengaja ke Bumi Reog. Karena diakui bahwa warga Kabupaten Ponorogo itu pemurah.
Para pengemis itu selanjutnya dibawa ke rumah singgah kantor Dinsos P3A Ponorogo, Jalan Gondosuli, Kelurahan Nologaten, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo.
Ketik diwawancarai, mereka bahkan blak-blakan mengakui mengemis selama Ramadan intens dilakukan. Alasannya uang hasil mengemis digunakan untuk memberi salam tempel kepada keluarga.
“Yang uang pecahan Rp 5 ribu buat nyangoni (memberikan uang) anak kecil saat lebaran,” ungkap seorang pengemis Sunaji, Selasa (11/3/2025),
Warga Blitar Jatim ini mengaku sering berpindah-pindah lokasi.
Mulai dari kawasan Alun-alun, tetapi juga di traffic light Taman Sukowati, maupun perempatan Terminal Seloaji.
“Ponorogo itu warganya pemurah. Sehari dapat Rp 100 ribu. Uangnya ya untuk makan, sebagian untuk keluarga, sebagian lagi saya sisihkan untuk bagi-bagi saat lebaran. Saya mengaku ke keluarga ya mengemis," tambahnya.
Senada juga dikatakan Doso Utomo, warga Sragen Jateng, ia mengemis pindah-pindah, dari Ponorogo juga Kota Madiun.
"Kalau pendapatan ya sama saja, sehari nggak pasti dapatnya, kalau cuaca gelap dapat Rp100 ribu, kalau cerah ya Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu," pungkasnya.