BANJARMASINPOST.CO.ID - Barito Putera menutup musim Liga 1 2024/2025 dengan kemenangan usai membungkam PSIS Semarang 1-2 di Stadion Jatidiri, Sabtu (24/5). Namun, kenyataan pahit harus diterima Laskar Antasari. Mereka harus angkat koper ke Liga 2.
Kesedihan pun tampak di wajah para pemain dan official. Pelatih Barito Puter, Vitor Tinoco, langsung menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh pendukung di banua.
“Kami minta maaf. Kami tidak bisa bertahan di Liga 1. Kami minta maaf kepada para suporter, manajemen dan semua yang sudah mendukung kami. Hari ini kami menang, dapat tiga poin. Tapi itu belum cukup,” ucapnya saat konferensi pers usai pertandingan pekan ke-34.
Pemain Barito, Ilham Mahendra, turut menyampaikan pesan kepada warga Kalimantan Selatan. “Komentar saya hampir sama seperti coach Vitor. Kami semua mohon maaf kepada masyarakat Kalsel. Barito Putera tidak bisa bertahan di Liga 1,” jelasnya.
Kendati menang, Barito Putera harus menghadapi hasil pertandingan lain yang tidak sesuai harapan. Semen Padang FC menang atas Arema FC.
Meraih tiga poin membuat Semen Padang naik peringkat dari 15 ke 13 dengan 36 poin. Ini meninggalkan raihan poin Barito yakni 34. Demikian pula PSS Sleman. Keduanya mendekam di zona degradasi. PSS menduduki peringkat 16 dan Barito di peringkat 17. Kendati sama-sama meraih 34 poin, keduanya memiliki selisih gol. Ada pun peringkat 18 telah ditempati PSIS, jauh sebelumnya.
Ketiga tim tersebut akan berlaga di Liga 2 musim depan. Posisi ketiganya digantikan tim baru dari Liga 2 yaitu PSIM Yogyakarta, Bhayangkara FC dan Persijap Jepara.
Degradasinya Barito Putera mengisi catatan sejarah panjang klub yang berdiri pada 1988 ini.
Barito Putera didirikan oleh mendiang H Abdussamad Sulaiman HB, ayah CEO Hasnuryadi Sulaiman.
Barito Putera dibentuk Haji Leman, sapaan akrab H Sulaiman HB, saat terbaring lemas di salah satu rumah sakit di Jakarta pada 21 April 1988. Waktu itu, H Leman, bersiap menjalani operasi.
“Saya ingat betul bagaimana klub ini didirikan. Barito ini didirikan oleh abah saya di rumah sakit. Mungkin klub ini satu-satunya di dunia yang didirikan di rumah sakit,” ucap Hasnuryadi saat meluncurkan tim dan jersey untuk mengarungi Liga 1 2020 pada 20 Februari 2020 seperti dikutip dari Kompas.com.
Waktu itu, H Leman ingin melihat ada klub asal Kalsel yang mampu berprestasi di kancah nasional. Nama tim pun diambil dari nama sungai yang menghubungkan antara Kalsel dan Kalteng, yakni Sungai Barito. Sedangkan kata Putera dilambangkan sebagai pemuda-pemuda asal Kalsel.
Sebelum menggunakan nama Barito Putera, embrio Barito justru lahir dari klub amatir bernama Persinus Banjarmasin, yang juga didirikan oleh H Leman pada 1975.
Sejak didirikan, klub yang bermarkas di Stadion 17 Mei Banjarmasin ini mengalami pasang surut prestasi.
Saat era Galatama, Barito tak pernah mampu berbuat banyak. Baru pada era Ligina, Barito mampu berbicara dan diperhitungkan sebagai klub profesional.
Walaupun sempat terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Indonesia, Barito mampu bangkit. Dilatih oleh Frans Sinatra Huwae, karena masalah keuangan, Barito Putera diturunkan ke Divisi I Liga Indonesia pada tahun 2003.
Krisis mereka berlanjut dan mereka terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia pada 2004, meskipun telah mengganti pelatih mereka ke Gusti Gazali.
Akhirnya pada tahun 2008, mereka memenangi Divisi II Liga Indonesia, dan promosi ke Liga Indonesia Divisi I.
Pada 2010, Barito finish di posisi delapan dan dipromosikan ke Divisi Utama Liga Indonesia Pada 2012, di bawah asuhan Salahuddin, Barito mampu menjuarai Divisi Utama yang merupakan kasta kedua sepak bola Indonesia. Gelar itu merupakan prestasi terbaik Barito Putera hingga saat ini.
Setelah itu, Barito Putera menjadi klub papan tengah di Liga 1. Keterpurukan mulai terlihat di beberapa musim terakhir dan puncaknya pada musim 2024/2025 ini dimana Barito Putera harus tersingkir dari Liga 1 Indonesia dan kembali degradasi ke Liga 2. (dra/rmd)