BANJARMASINPOST.CO.ID - Klub sepak bola kebanggaan Kalimantan Selatan (Kalsel), Barito Putera resmi kembali turun kasta.

Laskar Antasari harus terdegradasi ke Liga 2 Indonesia mulai musim 2025/2026 setelah hanya mampu menduduki posisi 17 Klasemen Akhir Liga 1 Indonesia 2024/2025, atau nomor dua dari belakang.

Pada laga terakhir atau pekan 34 Liga 1, Barito Putera memang berhasil menang 1-2 atas tuan rumah PSIS Semarang, Sabtu (24/5/2025).

Meski Barito Putera menang di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, namun di waktu bersamaan Semen Padang menang atas Arema FC dengan skor 0-2.

Hal ini membuat kemenangan anak asuh pelatih Vitor Tinoco sia-sia karena poin Laskar Antasari tak mampu melewati Semen Padang.

Semen Padang yang akhirnya berhak bertahan di Liga 1 setelah mengantongi 36 poin dan melejit ke posisi 13 klasemen akhir Liga 1, sementara Barito Putera di posisi 17 dengan 34 poin.

Selain Barito Putera, PSS Sleman yang juga punya poin 34 setelah menang 0-3 atas Madura United, juga degradasi.

Dengan hasil ini, PSS Sleman dan Barito Putera resmi menemani PSIS Semarang degradasi ke Liga 2 untuk musim depan.

Degradasinya Barito Putera ini mengisi catatan sejarah panjang klub yang bediri tahun 1988 ini.

Barito Putera, didirikan oleh mendiang H Abdussamad Sulaiman HB, ayah CEO saat ini, Hasnuryadi Sulaiman atau Hasnur.

Pelatih Barito Putera Vitor Tinoc. Di eranya, Barito Putera harus degradasi ke Liga 2.
Pelatih Barito Putera Vitor Tinoc.
Di eranya, Barito Putera harus degradasi ke Liga 2. (Wira untuk BPost)

Barito Putera dibentuk secara resmi oleh mendiang Haji Leman, sapaan akrab H Sulaiman HB saat terbaring lemas di salah satu rumah sakit di Jakarta pada tanggal 21 April 1988.

Waktu itu, H Leman, bersiap menjalani operasi atas penyakit yang dideritanya.

"Saya ingat betul bagaimana klub ini didirikan. Barito ini didirikan oleh abah saya di rumah sakit. Mungkin klub ini satu-satunya di dunia yang didirikan di rumah sakit," ucap Hasnur dalam sambutannya saat meluncurkan tim dan jersey untuk mengarungi kompetisi Liga 1 2020 Kamis (20/2/2020) malam silam, dikutip dari Kompas.com.

Waktu itu, ujar Hasnur, ayahnya ingin melihat ada klub asal Kalimantan Selatan (Kalsel) yang mampu berprestasi di kancah nasional.

Nama Barito sendiri menurutnya diambil dari nama sungai yang menghubungkan antara Kalsel dan Kalteng, yakni Sungai Barito.

Sedangkan kata Putera di depan kata Barito dilambangkan sebagai pemuda-pemuda asal Kalsel.

Sebelum menggunakan nama Barito Putera, embrio Barito justru lahir dari klub amatir bernama Persinus Banjarmasin, yang juga didirikan oleh Abdussamad.

Persinus Banjarmasin didirikan Abdussamad pada tahun 1975.

Sejak awal pembentukannya, Barito juga didirikan atas semangat kekeluargaan.

Barito tidak hanya sebagai sebuah klub sepak bola, melainkan keluarga besar.

"Sejak awal abah membentuk Barito sebagai klub dengan semangat kekeluargaan, dan dari dulu di tim Barito tidak ada istilah pemain bintang, semuanya sama sebagai satu keluarga," ucap Hasnur yang disambut riuh tepuk tangan ratusan suporter.

Sejak didirikan, klub yang bermarkas di Stadion 17 Mei Banjarmasin ini mengalami pasang surut prestasi.

Saat era Galatama, Barito tak pernah mampu berbuat banyak.

Baru pada era Ligina, Barito mampu berbicara dan diperhitungkan sebagai klub profesional.

Walaupun sempat terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Indonesia, Barito mampu bangkit.

Dilatih oleh Frans Sinatra Huwae, karena masalah keuangan, Barito Putera diturunkan ke Divisi I Liga Indonesia pada tahun 2003.

Krisis mereka berlanjut dan mereka terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia pada tahun 2004, meskipun telah mengganti pelatih mereka ke Gusti Gazali.

Ada rumor bahwa klub itu bangkrut, namun kemudian ditepis oleh manajer Hasnuriyadi. Zainal Hadi HAS kemudian diangkat sebagai manajer dan ia menunjuk Salahudin sebagai pelatih. Akhirnya pada tahun 2008, mereka memenangkan Divisi II Liga Indonesia, dan promosi ke Liga Indonesia Divisi I.

Pada tahun 2010, Barito finish di posisi delapan dan dipromosikan ke Divisi Utama Liga Indonesia dengan pemain seperti Sugeng Wahyudi, Husin Mugni, Dwi Permana, Zulkan Arief, Adre Djoko dan sartibi Darwis.

Pada tahun 2012, di bawah asuhan Salahuddin, Barito mampu menjuarai Divisi Utama yang merupakan kasta kedua sepak bola Indonesia.

Gelar juara Divisi Utama pada tahun 2012 itu merupakan prestasi terbaik Barito Putera hingga saat ini.

Setelah itu, Barito Putera yang membawa nama Kalsel konsisten menjadi klub papan tengah di Liga 1.

Keterpurukan mulai terlihat di beberapa musim terakhir dan puncaknya pada musim 2024/2025 ini dimana Barito Putera harus tersingkir dari Liga 1 Indonesia dan kembali degradasi ke Liga 2.

Tak ada lagi wakil Kalsel yang berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

(Banjarmasinpost.co.id)

Baca Lebih Lanjut
Hasil Liga 1: PSS dan Barito Putera Susul PSIS Degradasi!
Detik
Cagliari Vs Venezia: Kalah 0-3, Jay Idzes dkk Terancam Turun Kasta
Detik
Menyusuri Sunyi dan Sejarah Makam Mbah Bandar Bolang di Pagerbarang Tegal
Timesindonesia
Liga 1: Madura United dan Persis Solo Terhindar dari Degradasi
Detik
Hitung-hitungan 3 Tim Degradasi di Liga 1, Siapa yang Selamat?
Detik
Timnas Putri Bungkam Mataram Utama U-14, Pemanasan Menuju FIFA Match Day
Timesindonesia
Pelatih Ajax Mundur Usai Gagal Juara di Pekan Terakhir
Detik
Perebutan Scudetto Hingga Pekan Terakhir, Siapa Juara?
Detik
PSS Ultah, Pieter Huistra Termotivasi Bawa Klub Lolos dari Degradasi
Detik
Napoli dan Inter Raih Hasil Imbang, Juara Serie A Harus Ditentukan di Laga Terakhir
Timesindonesia