TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Di lokasi Wisata Pesona Garda, Dusun Dawung, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, air Sungai Tuntang mengalir tenang.
Bagi Zamroni, Kepala Dusun Dawung sekaligus penggagas wisata air Pesona Garda, aliran sungai tersebut adalah harapan.
Di atas alirannya, perahu-perahu dan ban-ban karet membawa tawa anak-anak, keluarga, dan wisatawan pemula yang ingin merasakan serunya rafting yang aman dan menyenangkan.
Namun harapan itu seketika dihantam oleh kabar duka.
Seorang wisatawan, Angga Joko (31), warga Bendosari, Sukoharjo, meninggal dunia dalam kegiatan arung jeram di Sungai Tuntang pada Minggu (18/5/2025) lalu.
Meski lokasi terbaliknya perahu tersebut bukan di kawasan Pesona Garda, dampaknya tetap dirasakan oleh pengelola dan warga sekitar.
Zamroni, menyayangkan adanya kesalahpahaman publik.
“Padahal aliran sungai di sini landai dan aman. Kami fokus ke rafting keluarga dan anak-anak, bukan ekstrem,” ujar dia kepada Tribunjateng.com, Rabu (21/5/2025).
Setelah kejadian itu, lanjut Zamroni, tiga rombongan wisatawan membatalkan kegiatan rafting di Pesona Garda.
Total kerugian ditaksir mencapai Rp15 juta. “Semua sudah DP, tapi kami kembalikan.
Kami juga ikut menghentikan operasional karena ada pemeriksaan di lokasi kejadian, kurang etis kalau kami tetap buka,” imbuh dia.
Zamroni menjelaskan, meski sama-sama berada di Sungai Tuntang, karakter lokasi rafting di Pesona Garda sangat berbeda.
Jeramnya datar, sungainya lebih lebar dan dangkal, serta kedalamannya sekitar satu meter.
Menurut dia, wisata rafting yang santai membuka peluang mendatangkan lebih banyak wisatawan dengan risiko yang rendah.
Sedangkan, wisata arung jeram yang tergolong ekstrem justru berisiko besar serta pasar yang lebih sedikit.
“Di tempat kami, risiko sangat minim, perahu hampir tidak pernah terbalik, kecuali disengaja untuk atraksi,” lanjut dia.
Zamroni juga mengkritisi pemberitaan yang menurut dia simpang siur dan membuat publik salah mengira bahwa kejadian terjadi di Pesona Garda.
Dusun Dawung kerap disebut-sebut, padahal di sana bukanlah lokasi tempat di mana kecelakaan itu terjadi.
Dia berpendapat, penemuan korban hanyut yang berada di dekat Dusun Dawung menandakan bahwa aliran sungai sudah landai.
Selain menjaga keselamatan melalui jalur rafting yang ramah pemula, Zamroni menambahkan bahwa pihaknya juga rutin menyarankan wisatawan untuk rafting di pagi hari.
“Biasanya cuaca masih stabil, sebelum hujan deras turun siang hari,” kata Zamroni.
Langkah antisipatif seperti itu juga dilakukan oleh pengelola Curug Lawe Benowo Kalisidi (CLBK), Ungaran Barat.
Kepala Desa Kalisidi, Dimas Prayitno memastikan petugas akan menutup akses ke curug jika hujan turun lebih dari dua jam di wilayah hulu.
Informasi kondisi cuaca juga rutin disampaikan lewat media sosial CLBK.
“Misalnya, apakah di lokasi CLBK sedang hujan atau tidak, apakah situasinya cukup aman atau sedang tidak memungkinkan dan seterusnya, akan diberikan secara jelas oleh pengelola melalui kanal medos tersebut,” pungkas Dimas.