TRIBUNNEWS.COM - SU (60), guru wanita di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, melaporkan kepala sekolah yang juga wanita berinisial SYI ke polisi.
Ia mengaku menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh sang kepala sekolah.
SU menyebut, kepalanya dipukul setelah dituduh memiliki hubungan gelap dengan guru lain.
Laporan SU itu tercatat dengan Nomor LP/B/73/V/2025/SPKT/Polres Jombang/Polda Jawa Timur sejak 5 Mei 2025.
SU menuturkan, kejadian yang menimpanya terjadi pada Jumat (2/5/2025).
Ketika itu, ia dipanggil oleh kepala sekolah untuk menghadap.
Saat masuk ke ruangan kepala sekolah, ia langsung dituduh berselingkuh.
"Saat saya masuk ke ruangan itu, tiba-tiba saya dituduh memiliki hubungan gelap dengan guru lain di sekolah," katanya saat dikonfirmasi TribunJatim.com, Selasa (20/5/2025).
SU menegaskan, tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya itu tidak berdasar.
Ia sempat melakukan pembelaan, namun guru yang sudah lanjut usia itu malah dipukul.
"Saat saya menjelaskan itu tiba-tiba kepala sekolah memukul kepala saya satu kali pakai kalender meja," terangnya.
Peristiwa itu juga disaksikan oleh DI. Saat kejadian, DI berada di ruangan tersebut.
Setelahnya, SU diusir keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Setelah kepala sekolah memukul kepala saya, saya diusir keluar ruangan," urainya.
Pasca-kejadian, SU merasa psikologisnya terguncang dan harga dirinya diinjak-injak. Ia sakit hati dan memendam rasa malu.
Atas hal itu, SU memutuskan untuk membawa kasus tersebut ke jalur hukum.
Kepala Unit Lidik 1 Tindak Pidana Umum (Tipidum) Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Jombang, Ipda Rendro Lastono membenarkan laporan tersebut.
Saat ini, kata dia, pihaknya masih melakukan penyelidikan, termasuk memeriksa saksi-saksi
"Sedang kami tangani. Saat ini kami masih melakukan penyelidikan. Saat ini, kami tengah memeriksa saksi-saksi," tandasnya.
Sebelumnya, kasus kekerasan di sekolah juga terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (13/3/2025). Seorang murid kelas 11 SMA Negeri 4 Kupang berinisial JMS, memukul gurunya, AK.
Kejadian bermula saat JMS berjalan melewati guru dan murid lain yang sedang berbaris bersiap mengikuti ujian tengah semester.
Ketika itu, JMS berjalan tanpa meminta izin atau permisi. AK pun menegur JMS.
"Dia langsung masuk ke dalam. AK kemudian menegurnya dengan bertanya, 'Mau ke mana?', JMS menjawab, ia hendak ke kamar mandi," kata Kepala SMAN 4 Kupang, Fransiskus Xaverius Balu Lowa kepada Pos-Kupang.com, Kamis (13/3/2025).
Keduanya pun terlibat keributan hingga kontak fisik. AK sempat dipukul di bagian belakang bahunya.
Setelah kejadian, JMS sempat meminta maaf, tapi permintaan maaf itu dinilai dilakukan dengan gestur yang kurang menunjukkan penyesalan.
Oleh karena itu, AK mencoba menahan JMS dengan memegang kerah bajunya.
JMS pun memberontak yang mengakibatkan kancing bajunya terlepas.
"Guru memegang dan ia berontak hingga kancing baju terlepas. Ia mengangkat tangannya dan memukul guru," jelasnya.
Atas kejadian itu, JMS sudah menyatakan penyesalan telah mengangkat tangan dan memukul gurunya.
"Setelah diamankan di ruangan, JMS mengakui kesalahannya," terangnya.
Pihak sekolah sudah berupaya mendamaikan keduanya, namun AK memilih langkah tegas dengan melaporkan kasus tersebut ke polisi.
Sementara pihak sekolah memutuskan untuk mengembalikan JMS kepada orang tuanya.
(Nanda Lusiana, TribunJatim.com/Anggit Puji Widodo, Pos-Kupang.com/Paulinus Irfan Budiman)