TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial kisah hidup Mbah Narta, penjual kue cubit.
Tiap hari Mbah Narta cuma makan sekali demi nabung Rp 30 ribu.
Kakek 75 tahun itu akan memberi uang tersebut kepada istrinya di kampung.
Kisah Mbah Narta viral setelah dibagikan akun Instagram @partners_in_goodness pada 26 April 2025.
Dalam video, tampak Mbah Narta membuat adonan kue cubit sebelum berkeliling.
Ia lalu berkeliling sembari menggotong jualannya.
Pada caption disebutkan bahwa Mbah Narta tinggal di Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat.
Ia merantau meninggalkan istrinya di Sumedang.
"Mbah Narta hanya berani makan sekali sehari dan itu pun dengan lauk sederhana sekali.
Karena beliau harus menabung 30 ribu rupiah untuk di kirimkan ke istri beliau di kampung, " tulis akun tersebut, dikutip TribunJatim.com, Senin (19/5/2025).
Mbah Narta juga disebutkan sakit asam urat.
Namun ia tetap berjualan jalan kaki demi mencari nafkah.
Akun @partners_in_goodness kemudian membuka donasi untuk Mbah Narta.
"Mbah Narta mengidap asam urat di kaki beliau, kadang jika kambuh Kakek hanya akan mengikat kaki beliau kuat kuat agar berkurang rasa sakitnya. Beliau tetap berjualan meskipun sakit, namun Mbah Narta pernah di tipu orang jahat, membeli dengan menggunakan uang palsu seratus ribu rupiah dan habis penghasilan beliau hari itu.
Mbah Narta hanya berharap suatu saat nanti bisa memiliki modal untuk membuka usaha di kampung agar beliau bisa beristirahat sambil menjaga istri beliau yang sudah sakit sakitan juga,"
"Marilah teman-teman PING kita bantu Mbah Narta agar beliau bisa mewujudkan harapan beliau.
Salurkan donasi terbaikmu melalui
Bank Syariah Indonesia (BSI) : 7770800808
A/N : PARTNER IN GOODNESS (PING)
Kode bank : 451
Dana : 085694390941
Whatsapp : 085694390941,"
Kisah perjuangan Mbah Narta pun membuat warganet terharu.
Mereka pun ramai memberikan komentarnya.
ndari_tri72: Ya Allah melihat beliau angkat pikulan. Semoga ada solusi terbaik untuk beliau, sedih banget min
prish_8661: Sehat selalu kakek semoga pintu rejekinya terbuka lebar dari para hamba Allah maafkan sy meskipun ingin tapi blm bisa membantu hanya bisa mendoakan saja
niasakinah: "Maaf mak te bisa ngebahagiaken"
Pecah gw sehat sehat kekk
aprilina.sukandar: Semoga hasil donasinya dapat banyak yaa abah supaya bisa beli kasur yg empuk dan nyaman buat istirahat sama si emak dikampung aamin
nnmonicaa: YaAllah kek sehat" terus yaa,dilancarkan rezekinyaaa
nyuyanie: Semoga bisa berjualan dirumah ya kek, sehat2 kek. Bismillah @partners_in_goodness
Kisah Penjual Cubit Lain
Seorang penjual kue cubit di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, bersyukur di momen Lebaran ini.
Pasalnya dagangan yang dijajakan penjual bernama Asep (44) tersebut laris dibeli para peziarah.
Asep mengaku mendapat keuntungan yang besar ketika berjualan saat momen Lebaran.
Bagaimana tidak, Asep mengaku bisa mendapat uang Rp1 juta per harinya.
Keuntungan yang didapat ini berbeda seperti hari biasa.
Asep biasanya mendorong gerobaknya berjualan di sekolah-sekolah.
Saat hari biasa itu, dia hanya mendapat uang sekitar Rp300-500 ribu.
"Kalau Lebaran ada lah (Rp1 juta), tergantung bawa bahannya, kemarin kan bawanya 9 kilo. Hari ini 7 kilo," ucap Asep ketika ditemui, Selasa (1/4/2025).
"Kalau hari hari biasa bawanya paling 3 kg atau 4 kg, kalau lagi masuk sekolah itu sama kampus," imbuhnya.
Asep terlihat tak berhenti mengaduk adonan di samping cetakan panggangannya sembari menata kue cubit yang sudah matang di etalase gerobaknya.
Warga asli Garut, Jawa Barat, ini menjual satu kotak yang berisi 10 kue cubit dengan harga Rp20 ribu.
"Alhamdulillah yang penting dapur bisa ngebul," tutur Asep.
Ia pun bercerita, telah menggeluti pekerjaannya yang ditekuninya saat ini sejak tahun 1997.
"Dari 97 dari jamannya masih di pinggul dulu," kenangnya.
Keahliannya jualan kue cubit diwariskan dari ayahnya yang saat ini sudah sepuh.
Kue cubit yang dia buat juga nampak original.
Sejak dijual ayahnya hingga saat ini, Asep memasaknya dengan menggunakan arang.
Asep kemudian bercerita kisahnya sebagai pedagang kue cubit bermula sejak ia lulus dari SMP.
Ia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia lebih memilih mengikuti jejak sang ayah untuk mencari rezeki sebagai pedagang kue cubit.
"Ikut bapak, udah tua kasihan, tadinya mau pesantren, tapi udah begitu ya udah," katanya.
"Iya kan saya cuma sekolah sampai SMP aja, enggak lanjut. Jadi kepikirannya ya udah nerusin usaha bapak aja, udah tua juga," katanya.
Hal ini dilakukan untuk menghidupi keluarganya yang tinggal di Garut.
"Ya mau gimana, alhamdulillah buat sekolah anak juga. Ini dia lagi libur sekolahnya. Anak masih SMK jurusannya DKV (Desain Komunikasi Visual)" tuturnya.
Lebih lanjut, selama berjualan, Asep tak hanya mendapatkan hal-hal baik.
Kisah susah juga sudah dia lewati, khususnya soal adanya pungutan liar yang diminta anggota organisasi masyarakat.
"Kalau jualan di sini (TPU Tanah Kusir) sih enggak bayar. Cuma retribusi untuk kebersihan aja, itu juga seikhlasnya," ungkapnya.
Dia pun mengatakan akan terus berjualan di TPU Tanah Kusir sampai masa libur Lebaran selesai.
Tanpa mengeluh, Asep pun melayani setiap pembeli yang datang dengan berbagai permintaan.
Aroma manis kue cubit yang dipanggang dengan arang pun menguar di sekitar TPU Tanah Kusir.
Dari pantauan Tribunnews.com, Asep dengan cekatan memasak dan membungkus kue cubit, sesekali melemparkan senyum kepada pembeli.
Semangatnya terlihat tak pernah padam.
Keberadaannya memberikan warna tersendiri di TPU Tanah Kusir.
Di mana aroma kue cubit menjadi pengiring para peziarah yang datang untuk mendoakan sanak saudara.