TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus rabies di Bali sepertinya masih terus mengancam meski penanggulangan terus dilakukan oleh pihak berwenang.

Tercatat sepanjang tahun 2025 saja, sudah ada hampir 2000 kasus gigitan anjing yang diduga akibat rabies.

Tertinggi, kasus gigitan akibat anjing yang diduga terjangkit rabies terjadi di Jembrana yang sudah mencapai 1.906 kasus.

Dari jumlah tersebut, tercatat sudah ada dua orang warga Gumi Makepung yang meninggal dunia diduga suspek rabies selama ini.

Selain itu, jumlah gigitan tahun ini lebih banyak 200 lebih kasus dibandingkan tahun lalu periode yang sama.

Cakupan vaksinasi rabies yang rendah ditengarai menjadi penyebabnya. Hingga awal Mei saja, cakupan vaksinasi baru hanya 15 persen dari target 80 persen (target aman) dari total estimasi populasi sebanyak 41 ribu ekor lebih yang ada di Gumi Makepung.

Dengan data ini, masyarakat diimbau untuk tidak abai, tetap waspada dan hati-hati ketika melihat HPR dengan tingkah mencurigakan dan segera melaporkan ke petugas terkait.

Jika menerima luka gigitan, segera lakukan langkah awal dan segera dibawa ke faskes terdekat untuk memperoleh pelayanan sesuai SOP.

Baik itu layanan suntikan VAR, dan SAR untuk areal risiko tinggi seperti wajah dan ujung jari.

Jika tak dilakukan penanganan awal dan juga tidak ditangani di fasilitas kesehatan terdekat, risiko terburuk adalah menyebabkan meninggal dunia.

Mengingat rabies ini diketahui sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian.

Menurut data yang diperoleh, dalam kurun waktu empat bulan atau periode Januari-April 2025 ini, sedikitnya ada 1.906 orang yang mengalami gigitan hewan penular rabies (HPR).

Sementara, untuk HPR positif rabies tercatat sudah ada 43 kasus hingga awal Mei. Jumlah ini sudah mendekati jumlah kasus selama setahun di 2024 lalu yang tercatat sebanyak 56 kasus positif rabies.

"Jumlah kasus gigitan tergantung dari penanganan HPR. Jadi kunci kasus pada manusia tergantung hewannya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra saat dikonfirmasi, Minggu 18 Mei 2025.

Dia juga menyebutkan bahwa sesuai catatan sementara, sudah ada dua orang yang meninggal dunia diduga suspek rabies.

Dia menegaskan, ketika penanganan HPR di lapangan dengan maksimal, praktis kasus gigitan pada manusia juga akan menurun.

Sehingga ini harus dikerjakan bersama-sama, baik dari Bidang Keswan-Kesmavet di Dinas Pertanian dan Pangan hingga masyarakat.

Apalagi saat ini kasus gigitan cenderung naik dari tahun sebelumnya. Sementara kasus rabies selama empat bulan terakhir sudah mendekati jumlah keseluruhan kasus selama setahun di 2024.

"Tercatat ada peningkatan jika dibandingkan tahun lalu periode yang sama. Ini menjadi warning kita bersama terutama soal penanganan HPR. Ketika HPR aman, praktis pada manusia juga aman," sebutnya.

Ilustrasi anjing rabies
Ilustrasi anjing rabies (Freepik.com)

Berkaca dengan adanya kasus suspek rabies karena tak sempat dirujuk ke fasilitas kesehatan, dia menegaskan kembali ketika ada masyarakat yang digigit anjing atau HPR lain agar segera melakukan langkah-langkah penanganan.

Di awal, masyarakat yang diserang HPR bisa mencuci luka dengan sabun di air mengalir minimal 10-15 menit lamanya.

Kemudian, jika mengetahui bahwa HPR yang menyerang menunjukkan gejala rabies bahkan mati usai menyerang harus segera datang ke faskes terdekat untuk mendapat layanan VAR.

"Intinya jangan panik dan bawa ke faskes terdekat. Lakukan langkah penanganan awal dan dilarikan ke faskes terdekat agar mendapat penanganan sesuai SOP yang berlaku dari petugas kesehatan," tegasnya.

Disinggung mengenai ketersediaan vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) di Jembrana, Ambara menegaskan stok VAR di Jembrana masih aman.

"Stok VAR dan SAR di Jembrana aman. Kita berharap kasus tidak bertambah dari tahun sebelumnya sehingga (vaksin) cukup," sebutnya.

Dia menegaskan, ketika ada masyarakat yang digigit anjing atau HPR lain agar segera melakukan langkah-langkah penanganan.

Di awal, masyarakat yang diserang HPR bisa mencuci luka dengan sabun di air mengalir minimal 10-15 menit lamanya.

Kemudian, jika mengetahui bahwa HPR yang menyerang menunjukkan gejala rabies bahkan mati usai menyerang harus segera datang ke faskes terdekat untuk mendapat layanan VAR.

"Intinya jangan panik. Lakukan langkah penanganan awal dan dilarikan ke faskes terdekat agar mendapat penanganan sesuai SOP yang berlaku dari petugas kesehatan," tegasnya.

Untuk diketahui, Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Gede Putu Kasthama menyebutkan hingga awal Mei pihaknya telah melakukan vaksinasi rabies dengan sasaran 6.488 ekor tersebar di seluruh wilayah.

Jumlah tersebut masih kecil atau masih sekitar 15 persen lebih jika dikalkulasikan dengan estimasi populasi HPR di Jembrana saat ini sebanyak 41.668 ekor.

"Seiring dengan bertambahnya populasi, vaksinasi juga akan kita gencarkan. Kami harapkan masyarakat ikut berpartisipasi untuk mendukung gerakan penekanan kasus rabies di Jembrana," harapnya. (*)

Baca Lebih Lanjut
COVID-19 di Singapura Melonjak Lagi, Tembus 14 Ribu Kasus dalam Sepekan
Detik
Tren Kasus Demam Berdarah di Jatim Menurun, Kadinkes Minta Masyarakat Tetap Waspada
Timesindonesia
Dua Tahun Buron di Bali, Pelaku Kekerasan di Kawasan Wisata Banyuwangi Berhasil Ditangkap
Timesindonesia
Bukan Cuma Singapura, Thailand Ikut Catat Lonjakan Kasus COVID-19
Detik
Polres Malang Ungkap 28 Kasus Selama Operasi Pekat II, Tangkap 35 Tersangka
Timesindonesia
Kasus COVID-19 di Singapura Ngegas Lagi, Warga Diimbau Kembali Pakai Masker
Detik
Kasus Anak Kades di Bogor Pukul Warga Berakhir Restorative Justice
Detik
Ahli Sebut Temuan Uang Hampir Rp 1 Triliun di Rumah Zarof Ricar Harus Dibuat Sprindik Tersendiri
Tribunnews
Polisi Ungkap Kasus Pencurian Beras di Majalengka, Dua Pelaku Diamankan
Timesindonesia
Duh! Penjualan Mobil Bulan April di RI Ambruk, Terburuk Sepanjang 2025
Detik