TRIBUNJATIM.COM - Seorang siswi SMA jalan kaki 2 km ke sekolah tiap hari.

Ini dilakukan siswi SMA tersebut selama empat tahun lamanya.

Tak hanya jalan kaki, siswi SMA juga harus nyebrang sungai pakai rakit dahulu menuju sekolah.

Karena hal ini, sang siswi nyaris berhenti sekolah karena merasa capek.

Kini dirinya curhat ke Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Kisah ini dialami Nera Nur Puspita (16), siswi SMA asal Kampung Cipeundeuy, Desa Jati, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Nera baru-baru ini diundang ke rumah dinas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di Gedung Pakuan Kota Bandung.

Dedi Mulyadi sengaja mengundang Nera karena kagum terhadap semangat remaja tersebut, dalam bersekolah.

Setiap harinya, Nera harus berjalan kaki sekitar dua kilometer dan menyeberang Sungai Citarum menggunakan rakit, untuk menuju sekolahnya di SMAN 1 Saguling.

Awalnya, Nera yang biasanya berangkat pukul 5.00 WIB, akan berjalan kaki dari rumahnya di Kampung Cipeundeuy ke bibir Sungai Citarum sejauh 1 kilometer.

Dari bibir Sungai Citarum, Nera naik rakit untuk menyeberang menuju jalan utama.

Setelahnya, ia kembali berjalan kaki sejauh 1 kilometer menuju SMAN 1 Saguling.

KISAH SISWA JALAN KAKI - Tangkap layar dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (16/5/2025). Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan sejumlah uang kepada Nera Nur Puspita, siswi SMA di KBB yang berjalan kaki dan naik rakit untuk menuju sekolah.
KISAH SISWA JALAN KAKI - Tangkap layar dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (16/5/2025). Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan sejumlah uang kepada Nera Nur Puspita, siswi SMA di KBB yang berjalan kaki dan naik rakit untuk menuju sekolah. (YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel)

"Keren kamu, mantap!" puji Dedi saat bertemu Nera, dikutip dari video YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel yang tayang pada Jumat (16/5/2025), via Tribunnews.

Dalam kesempatan itu, Nera mengaku pernah mendapat informasi akan dibangun jembatan dari Kampung Cipeundeuy menuju jalan utama.

Tetapi, kata Nera, hingga saat ini pembangunan jembatan itu tak kunjung dimulai.

"Katanya (mau dibangun jembatan), tapi nggak tahu kapan, Pak," ungkap Nera.

Mengetahui hal tersebut, Dedi pun memastikan akan langsung memerintahkan Kepala Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jawa Barat untuk mengecek lokasi.

Apabila di lokasi bisa dibangun jembatan bangun, Dedi mengatakan akan langsung membangunnya agar memudahkan Nera dan warga setempat untuk menyeberang.

"Nanti Pak Gubernur mau dilihat, hari ini juga nyuruh Kepala PU untuk dilihat, bisa nggak dibikin jembatan gantung," kata Dedi.

"Kalau nanti bisa dibangun jembatan gantung, dibangunin jembatan gantung," imbuh dia.

Tak hanya itu, Dedi juga berjanji akan memberi Nera pelampung untuk naik rakit agar terjamin keselamatannya.

"Nanti disiapin pelampungnya," ujar Dedi.

Di akhir pertemuannya, Dedi memberikan uang segepok yang semuanya nominal seratus ribu, untuk Nera.

Uang itu sebagai bentuk apresiasi Dedi terhadap semangat Nera untuk bersekolah.

Dedi berharap, adanya hadiah tersebut membuat Nera semakin semangat sekolah dan belajar.

"Nih, Pak Dedi mau ngasih hadiah. Kamu tambah sekolahnya. Beli alat-alat sekolah," kata Dedi sembari memberikan uang segepok.

Nera yang terkejut mengaku uang yang diberikan Dedi terlalu banyak.

"Makasih, Pak. Terlalu banyak, Pak," ujar Nera.

Sempat Ingin Berhenti Sekolah

Sementara, dalam kesempatan berbeda, Nera Nur Puspita mengaku sempat ingin berhenti sekolah sebab merasa lelah harus berjalan kaki setiap hari menuju sekolah.

Terlebih, saat cuaca hujan, Nera kerap terpeleset karena kondisi jalan yang licin.

"Pernah, sempat dulu pernah pingin berhenti (sekolah). (Tapi) kata Mama, 'Kenapa berhenti? Jangan berhenti sekolah'," kisah Nera saat ditemui TribunJabar.id di SMAN 1 Saguling, Rabu (14/5/2025).

Hal tersebut turut dibenarkan oleh ibunda Nera, Ida Trisnawati.

Ida mengatakan Nera memang sempat ingin berhenti sekolah.

Namun, demi masa depan Nera, Ida terus memberikan semangat kepada anak pertamanya itu.

"Pernah mau putus sekolah, ngomongnya ya karena dia capek. Tapi saya semangati terus untuk masa depan," ungkap Ida, Rabu.

Lebih lanjut, Ida menyebut Nera memang berangkat sekolah berjalan kaki, sejak duduk di bangku SMP.

Artinya, sudah empat tahun Nera harus menempuh perjalanan dua kilometer tanpa menggunakan kendaraan bermotor.

"Dari awal masuk SMP, SMP kan di situ juga, jadi sudah 4 tahun sampai sekarang. Tiap hari naik rakit," kata Ida.

Nera sendiri mengaku ingin menjadi seorang perawat.

Namun, ia ingin masuk pesantren setelah lulus SMA, sebelum melanjutkan sekolah untuk mewujudkan cita-citanya.

"Cita-cita pengen jadi perawat, nanti keluar sekolah mau pesantren (dulu)," ungkap Nera.

Baca Lebih Lanjut
Panen Hujatan, Aura Cinta Bangga Bisa Debat dengan Dedi Mulyadi hingga Berujung Viral, Ini Alasannya
Widy Hastuti Chasanah
Lomba Bedah Data APBD Kemenkeu 2025 bagi Siswa SMA Sederajat Dibuka, Beri Uang Pembinaan
Tribunnews
Biaya Sekolah SMA Taruna Nusantara 2025 Berdasarkan 3 Jalur Masuk
Tribunnews
60 Daerah Siap Jalankan Sekolah Rakyat, Termasuk Dua Probolinggo?
Timesindonesia
Idap Gangguan Makan Parah, Pria Ini Cuma Bisa Makan Roti selama 30 Tahun
Detik
Sejak Awal Tahun, 144 Bencana Melanda Pacitan: Longsor Mendominasi, 8 Jiwa Melayang
Timesindonesia
Aturan SPMB Jalur Domisili Provinsi DI Yogyakarta 2025 Jenjang SMA dan SMK, Catat!
Detik
Jalan Setapak yang Tak Lagi Menjebak: Cerita Buruh Tani di Probolinggo
Timesindonesia
Infografis: Jalur Domisili SPMB 2025, Prioritas Lolos hingga Kuota SD-SMA
Detik
Nekat Serobot Antrean di Gunung, Turis China Nyaris Tewas
Detik