Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Di tengah lesunya retail, Pasar Kliwon berusaha bertahan hidup dengan beralih menjadi pusat percetakan.
Hingga kini belasan pedagang menggantungkan hidupnya dari mencetak undangan nikah dan nota penjualan.
Salah satu pedagang, Agung Pelo berkisah dulu Pasar Kliwon merupakan pasar tradisional dengan komoditas utama bahan pangan seperti halnya pasar lain.
Mulanya percetakan berdiri di sekitar pasar. Lambat laun mereka pun menyewa kios di dalam pasar.
“Sejak pasar lama berdiri ada penjual sembako, bumbon, sebelahnya ada percetakan. Dulu ada di depan. Lama-lama yang di dalam nyewa kios untuk percetakan tahun 1990-an. Dulu sembako di bawah. Pasar cetak di atas,” jelasnya.
Saat dilakukan pembangunan, percetakan diberi tempat bagian atas.
Namun karena pasar bahan pangan makin sepi mereka pun diijinkan berpindah ke lantai dasar.
“Karena sembako banyak yang berkurang, pasar cetak turun ke bawah sembako ke belakang. Dulu memang setelah ini jadi pembangunan pasar baru jadi, pasar darurat kembali semua. Percetakan di atas. Pasar ini sepi. Setelah pasar jadi sembako jadi berkurang yang rame pasar atas. Dulu mencar-mencar jadi satu. Lurahnya Pak Tri bisa turun. Dari dinas bisa turun semua,” terangnya.
Bisnis percetakan di Pasar Kliwon sempat mengalami kejayaan di tahun 2000-an.
Di pasar ini dari hulu sampai hilir ditangani dalam satu tempat.
“Setting, plat, cetak, jilid, potong. Ada semua. Ada yang jualan kertas. Enaknya di sini nggak perlu ke sana kemari. Tinggal kirim file orang datang tinggal ambil. Sekitar tahun 2000-an ke atas. Sebelum covid,” jelasnya.
Bisnis percetakan tak luput dari imbas disrupsi digital.
Undangan digital dan pembayaran digital membuat permintaan percetakan semakin menurun.
“Setelah covid digital sedikit banyak mengurangi. Dulu pake nota sekarang digital. Undangan nikah, nota, map, rapor. Mau lebaran, habis lebaran, sebelum sura, setelah sura. Hampir 500-an. 300-an kalau harian. 30-40 persen penurunan. Kalah saing dengan online, undangan digital. Undangan fisik pesannya berkurang. Nota ya berkurang. Secara keseluruhan ekonomi juga susah. Setelah covid menurun terus,” terangnya.
(*)
Undangan digital dan pembayaran digital membuat permintaan percetakan semakin menurun.
“Setelah covid digital sedikit banyak mengurangi. Dulu pake nota sekarang digital. Undangan nikah, nota, map, rapor. Mau lebaran, habis lebaran, sebelum sura, setelah sura. Hampir 500-an. 300-an kalau harian. 30-40 persen penurunan. Kalah saing dengan online, undangan digital. Undangan fisik pesannya berkurang. Nota ya berkurang. Secara keseluruhan ekonomi juga susah. Setelah covid menurun terus,” terangnya.
(*)