SURYA.CO.ID - Kisah perjuangan Nurhayati, mahasiswi di sebuah perguruan tinggi Jakarta, menyentuh hati Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Kisah Nurhayati diungkap ibunya saat bertemu Dedi Mulyadi di Lapangan Bola Putra Mina di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Rabu (14/5/2025) malam.
Awalnya, Dedi meminta seorang wanita paruh baya naik ke atas panggung untuk menghibur warga dengan berjoget diiringi musik tarling Pantura.
Setelah itu, Dedi bertanya apakah ibu tersebut memiliki anak.
“Punya lima,” jawab sang ibu.
“Sudah kawin?” tanya Dedi dan dijawab sudah.
“Emak dengan siapa di rumah?” tanya Dedi lagi.
Ternyata, wanita itu tinggal sendiri. Anak bungsunya merantau ke Jakarta untuk kuliah.
Ia juga dengan penuh rasa bangga memberi tahu nama anaknya tersebut ke Dedi.
“Namanya Nurhayati. Kuliah sudah tiga tahun,” ujar dia.
Saat ditanya biaya kuliah, ibu itu pun bercerita anaknya mencari uang sendiri demi bisa kuliah dengan menjadi pembantu di Jakarta.
Setelah menyampaikan itu, ibu tersebut kembali bercerita bahwa dirinya habis nangis sebelum datang ke acara Dedi.
Alasannya, sang anak sedang sakit tapi tidak diizinkan pulang oleh majikannya.
Seolah tak percaya, Dedi kembali memastikan apakah benar anak ibu itu jadi pembantu sembari kuliah.
“Iya,” jawab ibu tersebut.
“Suka ngasih kabar ke Ibu?” tanya Dedi lagi.
“Ngasih kabar, kemarin saja katanya, 'Mimi (ibu) jangan minta uang dulu saya buat bayaran (kuliah)',” ujar sang ibu menirukan ucapan anaknya.
“Biasanya suka ngirim ke Ibu?” tanya Dedi.
“Iya, kadang suka Rp 200 ribu, Rp 300 ribu sebulan,” jawab sang ibu.
Dedi tampak terharu mendengar cerita tersebut. Ia bahkan menyebut anak ibu itu anak yang hebat.
Walau bekerja sebagai pembantu, tapi tetap berjuang meraih mimpi dengan kuliah dan uang gajinya sebagian juga digunakan untuk menghidupi sang ibu di kampung.
Tidak berhenti di situ, Dedi juga menanyakan bagaimana ibu tersebut makan jika anaknya tidak kirim uang.
“Kadang-kadang ngobeng (ikut bantu masak) di orang hajat, nanti dikasih makanan,” ujarnya.
Dedi pun meminta agar Nurhayati tak lagi usah kirim uang untuk ibunya. Gajinya tersebut biar saja untuk membayar kuliah hingga lulus sarjana.
Gubernur Jabar tersebut lalu memberi bekal untuk ibu itu untuk kebutuhan sehari-harinya.
Dedi juga meminta agar sang ibu selalu mendoakan anaknya agar kuliahnya lancar dan pekerjaannya juga lancar.
“Makasih, Pak, makasih,” ucap ibu tersebut.
Ibu tersebut kemudian menangis, lalu rangkul Dedi Mulyadi.
Tak berselang lama, tampak sejumlah pejabat yang juga hadir dalam acara itu tiba-tiba naik ke atas panggung.
Mereka tampak ikut terenyuh dengan cerita ibu tersebut.
Sama seperti Dedi Mulyadi, satu per satu pejabat juga ikut memberi sumbangan bekal untuk sang ibu memenuhi kebutuhan sehari-hari agar uang gaji Nurhayati seutuhnya untuk biaya kuliah.
Total sumbangan yang terkumpul bahkan mencapai Rp 15,5 juta.
Dedi pun menggenapkan sumbangan itu menjadi Rp 20 juta.
Ia juga memberi opsi uang tersebut bisa juga digunakan untuk biaya anaknya kuliah hingga lulus sehingga Nurhayati bisa fokus menghidupi ibunya.
Uang tersebut kemudian dititipkan oleh Dedi Mulyadi kepada Bupati Indramayu, Lucky Hakim, untuk ditabung di bank serta digunakan apabila dibutuhkan saja sehingga peruntukannya tidak dipakai untuk hal lain.
“Nanti dari Pak Bupati akan bantu apabila ibu butuh,” ujarnya.
Dedi Mulyadi lantas memuji perjuangan Nurhayati yang masih memikirkan pendidikan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
“Bapak Ibu semuanya, Indramayu itu warganya tangguh, kokoh, dan kuat."
"Hari ini saya melihat ada sebuah peristiwa di mana anaknya menjadi pembantu di Jakarta tapi menyempatkan diri untuk kuliah, ini luar biasa,” ujar Dedi Mulyadi.
Kisah Lain : Siswa SMK Dapat Modal
Kisah lain yang menyorot atensi Dedi Mulyadi adalah perjuangan Tio, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Amin, Pamijahan, Bogor.
Di usia muda, Tio sudah bekerja keras demi membantu orang tua.
Pertemuan Dedi Mulyadi dan Tio terjadi ketika orang nomor 1 di Jawa Barat itu mengundang siswa SMK Al Amin ke Gedung Bale Pakuan.
Dedi Mulyadi berniat memberikan apresiasi kepada SMK Al Amin yang mengadakan acara wisuda dan perpisahan secara sederhana, tapi tetap berkesan.
Tak ada pakaian mewah atau panggung megah.
Mereka mendatangkan mobil pemadam kebakaran (damkar) ke sekolah.
Kemudian, siswa yang dinyatakan lulus dan para guru berkumpul di tengah lapangan.
Mereka bermain air yang disemprotkan dari mobil damkar tersebut.
Karena itulah, Dedi Mulyadi mengundang puluhan siswa SMK Al Amin hingga akhirnya bisa bertemu dengan Tio.
Dedi Mulyadi Kagum
Mulanya, Dedi Mulyadi iseng berbincang dengan Tio karena Tio ketahuan berpacaran dengan salah satu siswi cantik di SMK tersebut.
Namun, saat berbincang lebih lanjut, Dedi dibuat kagum dengan sosok asli Tio.
"Kalau ngapel suka ngejajanin dia enggak?" tanya Dedi Mulyadi, dikutip dari tayangan Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Senin (12/5/2025).
"Suka," kata Tio.
"Duitnya dari mana?" tanya Dedi lagi.
"Kebetulan Tio kerja, sepulang sekolah jualan," akui Tio.
"Hebat! Ini bertanggung jawab ini," imbuh Dedi sembari tepuk tangan.
Penasaran, Dedi Mulyadi pun bertanya soal aktivitas Tio saat berjualan.
Diungkap Tio, ia berjualan makanan ringan bersama teman-temannya.
"Jualan apa?" tanya Dedi Mulyadi.
"Jualan kayak takoyaki gitu, di toko, nyewa bareng sama teman-teman bertiga," ungkap Tio.
"Sewa tokonya berapa pertahun?" tanya Dedi Mulyadi lagi.
"Perbulan sih, Rp 350 ribu. Kayak kios aja, masih daerah Pamijahan," imbuh Tio.
Sehari berjualan, Tio mengaku bisa mendapatkan uang Rp 50 ribu.
Uang itu lantas dipakai oleh Tio untuk jajan sehari-hari hingga ongkos berpacaran.
"Dari bertiga ini dapat berapa perhari?" tanya Dedi Mulyadi.
"Enggak sampai Rp 50 ribu," akui Tio.
"Uangnya dipakai buat apa? Buat traktir pacar?" tanya Dedi Mulyadi penasaran.
"Iya. Buat kebutuhan sendiri juga," imbuh Tio.
Ditanya soal kondisi orangtua, suara Tio tercekat bak menahan tangis.
Diungkap Tio, sang ayah saat ini sedang tidak bekerja karena sakit.
Alhasil yang jadi tulang punggung keluarga adalah ibu dan kakaknya.
"Bapak ibu masih ada? Kerja?" tanya Dedi.
"Bapak udah enggak kerja soalnya lagi sakit asam urat, bisa (jalan) cuma (udah susah)," ungkap Tio.
"Ibunya?" tanya Dedi lagi.
"Kerja, jualan di TK, di sekolah gitu ada kantin," imbuh Tio.
Kembali bertanya ke Tio, Dedi pun bertanya soal rencana masa depannya setelah lulus SMK.
Kata Tio, ia ingin bekerja tapi belum tahu hendak mencari nafkah di mana.
Sementara itu Tio pun mengaku bakal melanjutkan dagangannya.
Hingga akhirnya Dedi Mulyadi pun tergerak untuk membantu Tio.
"Jualan masih? enggak mau ditingkatin?" tanya Dedi Mulyadi.
"Insya Allah mau," jawab Tio.
"Gue kasih modal Rp 2 juta ya," ujar Dedi Mulyadi seraya mengeluarkan gepokan uang.
Diungkap Dedi, ia kagum dengan anak muda yang mau berjualan dan tidak gengsi.
"Kamu rajin sih, kamu rajin, keren, saya senang sama yang beginian," kata Dedi Mulyadi.
"Nih buat nambah modal," sambungnya.
"Alhamdulillah, makasih pak," ucap Tio seraya mencium tangan Dedi.
Klik di sini untuk untuk bergabung