Tren minuman berbahan dasar matcha semakin meningkat. Ada banyak racikannya yang tampak serupa tapi tak sama, begini cara membedakannya agar tak salah pesan.
Selain menjamurkan kedai kopi, akhir-akhir ini popularitas matcha kian meningkat. Banyak tea house atau tea room yang menghadirkan matcha sebagai menu eksklusif dan andalannya.
Popularitas tea house yang menyajikan matcha juga berbanding lurus dengan permintaan pasar yang kian meningkat. Bahkan Jepang sendiri sempat mengalami kelangkaan matcha gegara permintaan yang tinggi.
Walaupun sekilas hampir tampak sama, tetapi penyajian matcha punya perbedaan pada setiap menunya. Agar tak salah pesan, pastikan untuk mengenali nama-nama penyajian matcha sebelum memesannya.
Baca juga: 5 Tempat Makan Underrated di Cibinong, Ada yang Berusia 53 Tahun!
|
Melansir laman Matcha Union, usucha merujuk pada penyeduhan matcha murni atau pure matcha. Hanya saja karakternya lebih ringan di mana takaran bubuk matcha yang digunakan lebih sedikit dengan air untuk melarutkannya.
Dalam pembuatan usucha harus menggunakan matcha berkualitas ceremonial. Adapun takarannya yaitu 1 sendok teh matcha dilarutkan dengan 70 - 100 mililiter air hangat.
Teknik whisking atau pengocokan dengan chasen juga ada aturannya. Matcha harus dikocok membentuk huruf W atau M untuk membuat gelembung dan memasukkan oksigen ke dalamnya.
Hampir serupa dengan usucha, koicha juga penyeduhan matcha murni. Tetapi konsistensinya lebih pekat dan rasanya lebih kental serta lebih kuat.
Koicha dibuat dengan takaran umum yaitu 1,5 - 2 sendok teh matcha yang dilarutkan pada 30 mililiter air panas. Untuk membuat koicha, matcha harus dikocok secara perlahan agar hasil gelembung yang dihasilkan lebih kecil, padat, dan lembut.
Tekstur koicha lebih mirip dengan pasta matcha. Biasanya koicha dinikmati untuk diminum langsung atau sebagai campuran pada racikan menu matcha yang lain.
Ada trik yang paling berbeda dengan metode pembuatan matcha pada umumnya. Jika hampir semua metode pengocokan matcha menggunakan air bersuhu panas, cold whisk menggunakan suhu dingin.
Melansir Senbird Tea, cold whisk menggunakan susu yang telah didinginkan sebagai cairan pelarut matcha. Jumlah bubuk matcha yang digunakan pada metode ini ialah 2 sendok teh atau setara dengan 3-6 gram.
Susu dingin sebanyak 60 mililiter kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk khusus untuk diaduk dengan chasen. Setelah merata, hasil kocokan matchanya dituangkan pada susu dingin sebanyak 60 mililiter lainnya dalam gelas saji.
|
Matcha latte dan cold whisk seringkali dianggap sama. Padahal kedua menu ini memiliki perbedaan yang sudah terlihat sejak proses pengocokannya.
Melansir Perfect Daily Grind, matcha latte pertama-tama akan melarutkan matcha dengan air panas bersuhu 90 derajat celcius sebanyak 15 mililiter. Jumlah bubuk matcha yang digunakan sekitar 4-6 gram tergantung kepekatan yang hendak disajikan.
Setelah dikocok hingga berbuih padat dan tampak mengilap, hasilnya akan dituangkan ke dalam gelas saji dan dicampur susu. Berbeda dengan cold whisk, matcha latte menggunakan takaran campuran susu yang lebih banyak yaitu 125 - 250 mililiter.
Matchagato merupakan kreasi menu matcha yang terinspirasi dari affogato. Affogato asli ialah penyajian espresso dengan es krim untuk menghasilkan rasa yang manis seimbang dengan konsistensi yang lebih creamy.
Konsep ini lantas ditiru pada pembuatan matcha di kafe-kafe dan kedai kekinian. Melansir laman Naoki Matcha, untuk membuat matchagato dibutuhkan bubuk matcha ceremonial atau setidaknya matcha berkualitas tinggi.
Bahan dasar matcha yang digunakan ialah koicha, matcha yang dikocok dengan air panas hingga memiliki kepekatan yang mirip pasta. Kemudian koicha akan dituangkan ke atas es krim vanilla yang rasa dan tingkat kemanisannya dapat disesuaikan selera.
Baca juga: Restoran Fast Food Ini Hanya Terima Pelanggan 21 Tahun ke Atas
