TRIBUN-MEDAN.COM,- Warganet dan pengguna media sosial di Indonesia tengah ramai membahas tren finding Safno.
Mereka membahas tren finding Safno ini di TikTok dan beberapa platform digital lainnya.
Usut punya usut, tren finding Safno ini ada kaitannya dengan masalah rumah tangga Dilan Janiyar.
Dilan Janiyar adalah konten kreator asal Yogyakarta.
Ia baru saja bercerai dengan suaminya yang bernama Safnoviar alias Safno.
Alasan perceraian diantara keduanya, karena Safno ini dituding tukang selingkuh.
Selain itu, Safno selama ini dituding kerap memanfaatkan Dilan Janiyar.
Safno dituding sosok lelaki mukondo alias tidak bermodal.
Sudah lah tidak bermodal, malah disebut kerap selingkuh dengan banyak wanita.
Kisah dugaan perselingkuhan Safno ini kemudian viral, dan menciptakan sebuah tren baru di TikTok.
Adapun tren tersebut yakni tren finding Safno.
Finding Safno adalah plesetan dari judul film animasi "Finding Nemo", yang berarti "mencari Safno".
Tren ini diwujudkan lewat video-video di TikTok, di mana pengguna berpura-pura atau benar-benar mencari Safno di berbagai tempat di Jogja, seperti angkringan atau kafe.
Mereka akan mengunjungi angkringan atau kafe, lalu berpura-pura, atau benar-benar mencari Safno dengan nada bercanda atau sindiran.
Banyak yang menggunakan caption seperti "Ke Jogja cuma buat nyari Safno" atau "Lagi di Malioboro, Safno mana ya?" sebagai bentuk partisipasi tren ini.
Viralitas tren ini didorong oleh rasa penasaran dan keinginan netizen untuk "mengadili" Safno secara sosial atas perilakunya yang dianggap tidak bertanggung jawab dalam rumah tangga.
Tren ini menjadi simbol sanksi sosial digital, di mana masyarakat menggunakan media sosial untuk mengekspresikan kekecewaan dan kritik terhadap Safno.
Meskipun banyak yang mengikuti tren ini untuk hiburan, ada pula sisi sindiran dan kritik sosial terkait isu perselingkuhan dan pengkhianatan dalam hubungan.
Para pengguna media sosial ingin menunjukkan, bahwa sanksi sosial itu sebenarnya sangat tidak mengenakkan.
Orang yang mendapat sanksi sosial akan sulit bergerak kemana pun.
Bahkan, karakter dan kariernya bisa hancur seketika begitu wajah dan watak pribadinya viral.
Orang-orang akan terus membicarakan mereka yang terkena sanksi sosial, hingga benar-benar mendapat hukuman yang setimpal karena perbuatannya.
"Finding Safno" mencerminkan bagaimana media sosial kini menjadi ruang publik untuk membahas, menghakimi, bahkan memburu seseorang secara kolektif, terutama setelah informasi viral tersebar.
Banyak netizen yang juga merasa FOMO (fear of missing out) dan ikut-ikutan membuat konten serupa agar tidak ketinggalan tren.
Mereka membuat video dengan nada sindiran, lantaran tak mau ketinggalan dengan yang lainnya.
Di era digital sekarang ini, begitu ada konten kreator yang membuat video unik, maka yang lainnya pun akan menyusul ikut.
Inilah fenomena budaya pop digital yang lagi ramai.
Sesuatu hal bisa sangat viral karena banyak pula orang yang kemudian ikut membuat konten video serupa.(ray/tribun-medan.com)