TRIBUNNEWS.COM - Berikut sosok dari Nesya Joza Amanda, anak pejabat jadi korban tewas dalan insiden kapal tenggelam di Pulau Tikus, Bengkulu, pada Minggu (11/5/2025) sore.
Nesya Joza sendiri merupakan anak dari Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Rejang Lebong, Syafril Johan.
Paman korban, Surya membenarkan keponakannya jadi korban tewas dalam insiden kapal tenggelam.
Jenazah Nesya Joza dibawa ke rumahnya dan sudah dimakamkan di Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
"Iya benar, dibawa ke Curup," katanya, dikutip dari TribunBengkulu.com, Selasa (13/5/2025).
Sedangkan berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Nesya Joza adalah wanita muda kelahiran 1998.
Ia tutup usia di umur 27 tahun.
Nesya Joza pernah berkuliah di jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Setelah lulus, ia bekerja di dealer Yamaha sebagai counter sales.
Video Nesya Joza sebelum tewas tenggelam tersebar luas dan viral di media sosial Facebook.
Rekaman tersebut diunggah kerabat korban, seperti akun milik tante Nesya Joza @Rabiatul Aini.
Akun tersebut membagikan video terakhir yang memperlihatkan Nesya Joza.
Diketahui, korban kala itu sedang berlibur dengan sepupunya.
Nesya Joza dalam rekaman tampak menikmati liburannya.
Ia tersenyum lebar dan tertawa saat sadar dirinya direkam.
Sementara itu, di akun Instagram @nesyajozaamanda_ banjir ucapan duka dari teman maupun pun warganet lainnya.
Orang dekat Nesya Joza ada yang masih tidak percaya dengan kepergian korban begitu cepatnya.
Sementara warganet mendoakan hal baik untuk korban.
Insiden kapal tenggelam yang menewaskan 8 orang masih didalami pihak kepolisian.
Kapolresta Bengkulu, Kombes Pol Sudarno menjelaskan, ada 21 saksi sudah dimintai keterangan.
Termasuk di antaranya nahkoda dan 5 anak buah kapal (ABK).
Sudarno tidak ingin tergesa-gesa menentukan tersangka dalam kasus ini.
"Kita tidak boleh tergesa-gesa dalam mengambil suatu tindakan karena kita butuh meyakinkan bahwa prosesnya dapat berjalan sesuai," kata Sudarno.
Ditanya terkait unsur kelalaian, Sudarno belum bisa memastikan karena sedang mengumpulkan alat-alat bukti.
Ia berjanji segera memberikan update jika proses pendalaman sudah selesai.
"Nanti kalau ini sudah terpenuhi unsur pidananya pada proses hukum, tentu nanti akan kita sampaikan," teganya, dikutip dari TribunBengkulu.com.
Seorang korban selamat bernama Mutiara memberikan kesaksiannya.
Ia merasa kapal yang ditumpangi tidak beres sejak awal menaikinya.
Meskipun demikian, nahkoda tetap menjalankan kapal.
"Kapalnya sudah goyang-goyang, dan tetap dipaksakan untuk berangkat," katanya, dikutip dari TribunBengkulu.com.
Kondisi diperburuk dengan cuaca ekstrem di lokasi kejadian.
Terpantau ombak sedang tinggi dan angin kencang berhembus sebelum kapal tenggelam.
"Padahal cuaca sore itu anginnya kencang, kan bisa ditunda besok, tapi tetap harus berangkat pulang sore itu," imbuh Mutiara.
Singkat cerita, kapal berisi 107 orang itu tenggelam.
Mutiara tanpa pikir panjang terjun ke laut untuk menyelamatkan diri.
"Kebetulan pada saat itu saya di atas, nah yang di atas itu langsung nyemplung ke laut."
"Cuman kalau yang di bawah dia nggak bisa keluar karenakan jendelanya kecil, sehingga menyebabkan banyaknya yang meninggal dunia," tutup Mutiara.
(Endra)(Tribunbengkulu.com/Aghisty Firan Marenza)