SURYAMALANG.COM - Klub sepakbola Arema FC didesak bubar usai ulah anarkis Aremania setelah laga kontra Persik Kediri, Minggu (11/5/2025) kemarin.
Skuat Singo Edan kalah dengan skor 0-3 dari Persik Kediri di Stadion Kanjuruhan membuat banyak Aremania kecewa.
Namun, sikap anarkis yang dilakukan Aremania kepada tim Persik Kediri mendapat kecaman banyak pihak.
Arema FC menerima banyak hujatan dari suporter lainnya usai pelemparan bus Persik Kediri, desakan bubar untuk Singo Edan semakin nyata.
Kembali bermain ke Stadion Kanjuruhan Malang tak membuat suporter Arema FC, Aremania belajar atas tragedi menyesakkan 1 Oktober 2022.
Menjamu Persik Kediri, Arema FC menelan kekalahan telak dengan skor 0-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Minggu (11/5/2025).
Tiga gol kemenangan Persik Kediri atas Arema FC dicatatkan oleh Vava Mario Yagalo (25'), Ramiro Fergonzi (72') dan Ze Valente (82').
Kekalahan tersebut membuat Aremania emosional.
Kericuhan terjadi di perbatasan Malang- Kediri pasca laga Arema FC Vs Persik Kediri, di kecamatan Kandangan, Senin (12/5/2025) dini hari.
Polisi sampai melepaskan tembakan gas air mata untuk menghalau massa yang mengaku sebagai suporter Persik Kediri yang memaksa masuk ke wilayah Malang.
Aksi brutal sekelompok pemuda yang mengaku sebagai suporter Persik Kediri itu nyaris memicu kericuhan besar di wilayah Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri.
Dalam kondisi diduga dipengaruhi minuman keras, kelompok ini menyerang aparat kepolisian yang tengah melakukan penyekatan pada Senin (12/5/2025) dini hari di wilayah perbatasan Kediri - Malang tersebut.
Sebanyak 29 orang diamankan polisi usai melakukan perlawanan saat digeledah di Desa Kacangan Kecamatan Kandangan, sekitar pukul 02.00 WIB.
Penyerangan dilakukan dengan melempar batu, botol kaca, kayu, hingga menyalakan mercon ke arah petugas.
"Awalnya mereka kami sekat untuk mencegah pergerakan massa ke perbatasan Kediri-Malang.
Bimo menyebutkan, dari hasil interogasi, sebagian besar dari mereka bukan suporter fanatik, melainkan hanya ikut-ikutan teman dan dalam kondisi dipengaruhi alkohol.
"Setelah kami amankan dan lakukan pemeriksaan, nyaris semuanya mengaku habis minum minuman keras. Mereka ini lebih ke arah pembuat onar, bukan suporter sejati," tegas Bimo.
Petugas terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dan menghindari eskalasi lebih jauh.
Setelah kondisi terkendali, 29 pemuda langsung digelandang ke Mapolres Kediri untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Beberapa pelaku yang diamankan antara lain BI (20), warga Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, DE (23), mahasiswa asal Desa Langenharjo, Kecamatan Plemahan, dan AD (17), pelajar asal Desa Krandang, Kecamatan Plosoklaten.
Selain itu, ada juga FA (21), warga Mojoroto, Kota Kediri, GA (24), warga Puncu, MO (22), warga Gadungan Timur, dan RA (15), pelajar asal Desa Kandangan.
Para pelaku berasal dari berbagai wilayah Kabupaten dan Kota Kediri, bahkan sebagian masih berstatus pelajar.
Barang bukti yang diamankan berupa batu, kayu, puluhan unit motor, hingga sisa-sisa petasan. Polisi juga menyita 25 unit handphone milik para pelaku.
AKBP Bimo menegaskan, tindakan tegas akan diberikan terhadap pelaku yang terbukti melakukan penyerangan.
Ia mengimbau masyarakat, khususnya para pemuda, untuk tidak terprovokasi dan selalu menjaga ketertiban, terutama saat agenda sepak bola berlangsung.
"Kami pastikan keamanan tetap terjaga. Bila ada yang coba-coba mengganggu ketertiban, pasti kami tindak," tegasnya.
AKBP Bimo juga mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi pergaulan anak-anak mereka, terutama menjelang pertandingan sepak bola yang kerap memancing euforia berlebihan.
"Sebagian dari pelaku ini masih anak-anak. Kami mengimbau para orang tua agar lebih memperhatikan aktivitas dan pergaulan anak-anaknya, jangan sampai terlibat dalam kegiatan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain," tegasnya.