TRIBUN-MEDAN.com - TKI Malaysia, Sulis, menelan kekecewaan setelah tiba di Indonesia. Sulis mendapatkan penolakan dari putrinya yang sudah menikah padahal bertahun-tahun dia berjuang di negeri orang.
Tak cuma anaknya yang membuatnya kecewa, para saudaranya juga menghianatinya.
Sulis (54) merupakan TKI asal Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Ia adalah eks TKI yang kini terkena stroke.
Hidup Sulis terlunta-lunta setelah anaknya yang berada di Balikpapan tidak mau menerimanya.
Tubuhnya tampak lemah ketika petugas Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak (DSP4A) Nunukan, Kalimantan Utara, membawanya ke shelter atau rumah perlindungan sosial.
Petugas Dinas Sosial mengatakan bahwa Sulis adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.
“Tahun 1984, ibu Sulis menikah dengan Bapak Ngaribon, dan memiliki satu anak perempuan.
Sulis memutuskan untuk merantau ke Malaysia demi melupakan masa lalunya yang penuh luka.
Saat itu, ia meninggalkan putrinya yang masih bayi bersama kakek neneknya.
Di Malaysia, ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih kebun dengan upah RM 30 per hari.
Setiap bulannya, Sulis mengirimkan uang untuk kebutuhan anaknya.
Akan tetapi, perjalanan hidupnya tidak berhenti di situ.
Di Malaysia, ia bertemu denganHaji Ali, seorang pria berusia 78 tahun berkebangsaan Brunei Darussalam.
Keduanya pun menjalin hubungan yang berujung pada pernikahan siri.
“Suami ibu Sulis memiliki kebun sawit yang cukup luas. Namun, pernikahan tersebut hanya bertahan selama lima tahun, karena suaminya meninggal dunia. Semua harta suaminya kemudian dibagikan kepada enam anaknya dari istri terdahulu,” jelas Parmedy.
Sulis menerima uang sebesar Rp 150 juta dari hasil warisan tersebut. Sulis menggunakannya untuk pulang kampung dan membangun rumah.
Setelah itu, ia bekerja kembali ke Malaysia sebagai penjual sarung dan rokok.
Akan tetapi, tidak lama kemudian, kabar duka menghampiri: pada tahun 2018, ayahnya meninggal, dan dua tahun berselang, ibu Sulis juga menyusul.
“Putrinya menikah dan pindah ke Kota Balikpapan, ikut suaminya,” kata Parmedy.
Aset Ludes Dijual Saudara
Lantaran lama tidak pulang kampung, aset Sulis dijual oleh saudaranya, yang membuatnya kini tidak mempunyai rumah di kampung halamannya.
Saat kembali ke kampung, ia hanya bisa menumpang di rumah adik perempuannya.
Setelah dua tahun tinggal di Malang, Sulis merasa rindu dan berkeinginan untuk tinggal bersama putrinya di Balikpapan.
“Dengan uang hasil pantungan dari saudaranya, Sulis berangkat ke Balikpapan. Namun, ia ditolak oleh anaknya yang menyarankan agar kembali ke Malaysia untuk berjualan sarung. Anaknya berjanji akan mengirimi modal usaha,” jelas Parmedy.
Singkat cerita, Sulis akhirnya terlunta-lunta di Nunukan dan ditangani oleh DSP3A.
Terkena Serangan Stroke
Dalam dua minggu setelah kedatangannya di Nunukan, Sulis mengalami serangan stroke, yang membuat bagian kiri tubuhnya sulit untuk digerakkan.
Ia juga sempat dirawat di RSUD Nunukan.
“Kami berusaha berunding dengan keluarga Ibu Sulis di Malang. Keluarga di kampung juga bersedia menerima beliau, sehingga kemarin, Selasa 6 Mei 2025, kami pulangkan ke kampung halamannya. Ibu Sulis, yang masih kecewa dengan sikap putrinya, akhirnya mau dipulangkan,” tutur Parmedy.
(*/tribun-medan.com)
Artikel sudah tayang di tribun-jabar