Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ibu dua anak bernama Sri Sunarsih (31) warga Rungkut, Surabaya, terus menerus menitikkan air mata selama menceritakan peristiwa nahas yang merenggut nyawa putranya, MH (10), pada Selasa (6/5/2025) sore.
Putra sulungnya itu, tewas seketika tepat di depan matanya, seusai terlibat kecelakaan dengan truk Fuso bak terbuka di Jalan Ahmad Yani, Gayungan, Surabaya, atau tepat seberang depan Gedung Kantor Bulog Jatim.
Ceritanya, Sri Sunarsih baru saja menjemput anaknya pulang sekolah dari Geluran, Taman, Kabupaten Sidoarjo, dengan mengendarai motor Honda Beat bernopol S-6145-CX.
Anak pertama dari dua bersaudara itu, merupakan siswa kelas empat SDN 2 Geluran, Sidoarjo.
Rencananya, pada tahun ajaran baru, pertengahan tahun 2025, MH bakal dipindahkan sekolah di Kota Surabaya.
Mereka bertujuan pulang ke rumah di kawasan Pandugo, Rungkut, Surabaya.
Seperti biasa, Sri Sunarsih bakal meninggalkan anaknya untuk makan siang, beristirahat dan bermain di rumah, sedangkan dirinya akan kembali bekerja.
Rute perjalanan motor yang dikendarai Sri Sunarsih itu, melintasi kawasan Jalan Injoko yang nantinya terhubung dengan ruas Jalan Frontage Ahmad Yani.
Setibanya di ruas jalan tersebut, pemotor Sri Sunarsih bakal bermanuver berbelok ke kanan menuju lampu traffic light (TL) yang menghubungkan persimpangan empat jalan.
Lalu, Sri Sunarsih bakal bermanuver berbelok ke sisi kiri menuju ruas Jalan Raya Jemursari, melintasi pintu rel perlintasan KA, agar dapat melaju terus ke arah timur menuju rumahnya di Kecamatan Rungkut.
Setibanya di ruas Jalan Frontage Ahmad Yani, Sri Sunarsih memastikan dirinya sudah menyalakan lampu sein motor ke arah kanan untuk memberikan tanda para pengendara di belakangnya bahwa dirinya bakal berbelok ke arah traffic light Taman Pelangi.
Nahas, belum juga sampai ke barisan antrean kendaraan di traffic light tersebut, dari arah belakang motornya ditabrak oleh Truk Fuso bernopol L-9857-Q yang dikemudikan Totok Wahyudianto (51) warga Simokerto, Surabaya.
Seingat Sri Sunarsih, akibat tabrakan tersebut, membuat ia, motor, dan tubuh sang anak terpental ke arah depan.
Tubuhnya terjatuh berkalang aspal jalan, hingga membuat lengan tangan kanannya terluka.
Saat dirinya setengah tersadar di atas aspal jalan, ia segera bergegas menuju ke posisi tubuh anaknya yang terkapar lemas tak berdaya.
Sri Sunarsih berusaha memastikan kondisi sang anak dalam keadaan baik-baik saja.
Saat itu, sang anak masih dapat memberikan respons perkataannya.
"Saya biasanya dari situ sudah riting. Saya rasanya kayak terdorong. Anak saya jatuh terdorong di depan saya. Anak saya jatuh ke depan. Motor di belakang, saya, baru anak saya. Kemungkinan gitu (terpental). Saya ngebleng," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di area tunggu Kompartemen Kamar Mayat RS Bhayangkara Surabaya.
Namun, tak lama kemudian, kesadaran dari sang anak kian menurun.
Bahkan setibanya petugas medis ambulans di lokasi, kondisi sang anak makin memprihatinkan. Wajah sang anak makin pucat dan tak sadarkan diri.
Bak 'tersambar petir di siang bolong,' pergelangan tangan anaknya dikalungkan pita warna putih. Sri Sunarsih akhirnya sadar bahwa kondisi anaknya tak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
"Tahu-tahu saya nolong anak saya, 'nak gak apa-apa.' Anak saya sempat bilang, 'ma tolong tolong. Saya tanya, 'ayo bangun nak.' Dia bilang, 'gak bisa ma. Gak bisa kaki ku gak bisa.' Lalu bibirnya sudah pucat, enggak darah, cuma pucat. Sama ojol bapak-bapak diangkat ke pinggir. Kok anak saya semakin pucat," ujarnya.
Seraya berkali-kali menyeka air mata yang membasahi kedua pipinya menggunakan ujung kain kerudung warna biru yang dikenakannya, Sri Sunarsih tak menyangka, sang anak bakal bernasib nahas meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Yang membuat hatinya terenyuh, ia teringat bahwa sepanjang perjalanan tadi, sang anak sempat meminta dibelikan es teh kemasan gelas kesukaannya.
Namun, Sri Sunarsih belum bisa menuruti permintaan sang anak secara langsung, dan memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan, agar mereka lekas sampai rumah.
Rencananya, ia bakal membelikan minuman es teh kemasan favorit dari sang anak itu, di kios yang terdapat di pinggir jalan dekat rumahnya.
Setelah mengalami peristiwa kecelakaan hingga membuat nyawa sang buah hati melayang, Sri Sunarsih baru menyadari bahwa permintaan sepele dari sang anak tak ubahnya permintaan terakhir sebelum ajal menjemput sang buah hati.
"Dia mau minta es teh, tapi nanti saja saya mau belikan kalau sudah di Rungkut. Ternyata malah begini," katanya seraya menahan tangisnya yang terus menerus terisak.
Sementara itu, Kasat Lantas Polrestabes Surabaya, AKBP Herdiawan Arifianto mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus kecelakaan tersebut.
Beberapa orang saksi termasuk sopir truk dan pengendara motor, juga masih menjalani pemeriksaan. Dan, prosedur penyelidikan, olah TKP, masih berlangsung.
Sehingga, ia belum dapat secara langsung memastikan status hukum dari pihak si pengemudi truk yang terlibat kecelakaan tersebut.
"Untuk menetapkan tersangka, harus bukti permulaan yang cukup, minimal dua alat bukti sah, dan dilakukan melalui proses penyidikan. Bukan kejadian langsung penetapan," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com.