TRIBUNSUMSEL.COM - Kini mengaku menyesal, Agus, ayah Aura Cinta gadis asal Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi yang sempat debat dengan Dedi Mulyadi.
Karena kritik soal ingin diadakan kembali wisuda perpisahan sekolah, gadis bernama lengkap Egalita Aurelia Devi Artameviaitu itu mendapat bully atau perundungan dari netizen di media sosial.
Karena membujuk sang putri untuk bertemu langsung dengan Dedi Mulyadi, Ayah Aura pun kini menyesal.
Padahal awalnya pertemuan tersebut hanya untuk membahas soal penggusuran rumah di Kali Cikarang Bekasi Laut;
"Dihujat sampai sedemikian rupa ya tetep nggak ikhlas," kata ibu Aura Cinta, dalam tayangan wawancara Xpose Uncensored di akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall, dilansir dari Sabtu (3/5/2025).
"Nggak ikhlas kita kalau disuruh milih ya mending nggak usah (bertemu dengan Dedi Mulyadi). Terus terang saya pribadi sebagai orang tuanya menyesal sekali kenapa di hari itu Aura saya bujuk untuk menemui gubernur," tambah ayahnya.
Agus tak kuasa membendung tangisnya menyesal ketika putriny merasa disudutkan Dedi Mulyadi dan tak ada yang membelanya dalam pertemuan tersebut.
"Aura bilang sama saya 'pa, kenapa tadi papa gak bela Aura' gitu loh,," ujar Agus menirukan ucapan putrinya.
"Saya sebagai orang tua sebagai ayahnya, kok tidak bisa menyampaikan sesuatu hanya diam disitu," ucapnya berderai air mata.
Aura Cinta diketahui merupakan salah satu korban penggusuran rumah di kali Cikarang Bekasi Laut.
Kala itu Aura datang bersama kedua orang tuanya dan warga Cibitung lainnya bertemu langsung dengan Dedi Mulyadi membahas soal penggurusan rumah.
Aura Cinta mengungkapkan bahwa sejak awal kehadirannya di pertemuan tersebut hanya diundang untuk membahas protesnya soal rumahnya menjadi korban penggusuran.
Tak disangka, Dedi Mulyadi justru menanyakan Aura Cinta soal keluhan
"Waktu itu awalnya datang kesana diundang saya pikir bakal ngebahas tentang penggusuran, gak tahunya malah ditembak ke masalah wisuda," beber Aura.
"Dan itutu aku gak ada sama sekali gak tahu kalau misalnya topiknya itu bakal ke wisuda," ujar Aura Cinta.
Namun, Aura lantas menyuarakan kritikannya kebijakan Dedi Mulyadi soal penggusuran rumah hingga ketidaksetujuan dilarangnya acara perpisahan sekolah.
Namun, setelah tampil mendebat Dedi Mulyadi, ia kini justru banjir hujatan di media sosial.
Aura Ngotot Minta Adakan Wisuda
Sebelumnya, Aura Cinta viral karena aksinya memberikan kritikan pedas atas kebijakan Dedi Mulyadi.
Ia meluapkan curhatan soal rumahnya yang berada di bantaran kali Bekasi digusur karena kebijakan Dedi Mulyadi.
Selain itu, kritikan Aura Cinta juga disorot karena mengomentari kebijakan Dedi Mulyadi soal wisuda.
Ia mengungkap ketidaksetujuan jika acara perpisahan di sekolah ditiadakan karena kebijakan Dedi Mulyadi.
Diketahui gadis di Bekasi itu tidak setuju dengan kebijakan Gubernur Jabar itu untuk membela adiknya yang masih sekolah di SMP.
Aura Cinta meminta agar kebijakan Dedi Mulyadi menghapus acara wisuda atau acara perpisahan untuk TK-SMA itu dikaji ulang.
"Kalau misalnya bisa, wisuda itu pengeluarannya lebih sedikit, tetep ada wisuda," ujarnya.
Menurut Aura, semua murid seharusnya bisa merasakan acara perpisahan di sekolah.
Sayangnya, aksi protes dan kritikan Aura Cinta itu menuai kontroversi.
Terlebih setelah dirinya akhirnya muncul dan langsung berhadapan debat Dedi Mulyadi.
Hal itu dinilai Dedi memberatkan sebab tak sedikit orang tua yang berutang untuk membayar kegiatan perpisahan atau study tour sekolah.
Aura juga mengakui, pembayaran biaya perpisahan cukup membebani orang tuanya.
Tetapi, ia bersikeras berpendapat perpisahan penting digelar sebab tak semua anak bisa merasakannya.
"Ngerasain perpisahan, duit dari siapa?" tanya Dedi.
"Orang tua," jawab Aura.
"Membebani nggak?" tanya Dedi lagi.
"Iya membebani, Pak. (Tapi) kan ada juga yang cuma lulusan SD, SMP, atau SMA," sahut Aura.
Saat kembali ditanya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar perpisahan ketika SMP, Aura menyebut nominal Rp1 juta.
Padahal, sang ibu yang duduk di sampingnya, mengaku hanya sebagai ibu rumah tangga.
Sementara, sang ayah hanya bekerja menjual botol-botol kaca yang biasa digunakan untuk bensin eceran.
"Waktu (SMP) itu (bayar sekitar Rp1 juta doang, Rp1,2 juta," ungkap Aura.
"Ibuknya kerja apa? Ayahnya kerja apa?" tanya Dedi.
"(Saya) ibu rumah tangga. (Ayahnya) wiraswasta, dagang. Dagang botol-botol (untuk) bensin (eceran)" jelas ibu Aura.
Meski penghasilannya tak berlebih, ibu Aura mengaku rela membayar untuk perpisahan agar sang anak memiliki kenangan bersama teman-teman.
Ia juga mengaku tak masalah keluar banyak uang untuk kegiatan perpisahan sekolah anak, alih-alih ditabung supaya bisa membeli rumah.
"Ibu lebih setuju mana? Perpisahan tapi bayar, atau perpisahan dilarang, nggak ngeluarin duit?" tanya Dedi.
"Kalau buat mental anak, setuju yang bayar. Kalau nggak ada kenangan, kan ini," jawab si ibu.
"Ibu rumah aja ga punya?" sindir Dedi.
"Iya, tapi kalau demi anak saya sih nggak apa-apa, Pak," kata ibu Aura.
Mendengar jawaban itu, Dedi lantas menyindir keluarga Aura yang masih tinggal di bantaran sungai hingga rumahnya berakhir digusur.
Ia pun mempertanyakan mengapa ibu Aura yang masih tinggal di bantaran sungai, tak paham prioritas kehidupan.
"Demi anak jangan tinggal di bantaran sungai. Ibu tinggal aja masih di bantaran sungai, kenapa gaya hidup begini (selangit)?" sentil Dedi sembari membuat gestur tangan ke atas.
"Ini kan harus diubah," tegasnya.