BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang warga harus dilarikan ke rumah sakit imbas digigit ular piton sepanjang 5 meter di Tuban, Rabu (30/4/2025).
Ular Piton itu sendiri telah ditangkap. Proses penangkapan berlangsung menegangkan.
Bukan hanya karena ular itu berontak, tetapi sampai menggigit tangan seorang warga yang memegangi kepalanya saat proses evakuasi.
Akibat digigit ular piton itu, tiga urat nadi tangan warga berbama Joko sampai putus dan ia harus dilarikan ke rumah sakit.
Keterangan dari warga Kelurahan Kebonsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Kamis (2/5/2025), semula ada seekor ular piton terlihat memasuki permukiman.
Warga melihat hewan melata ini bersembunyi di dalam gorong-gorong perkampungan.
Karena dirasa membahayakan, warga kemudian berusaha mengevakuasi ular tersebut.
Mereka menarik ekor ular yang tengah bersembunyi di gorong-gorong agar keluar.
Usai ditarik dan ular mau keluar, Joko kemudian memegangi bagian kepala ular tersebut.
Sayangnya ular tersebut bisa melepaskan diri dan malah menggigit tangan Joko.
Akibatnya, Joko harus dilarikan ke rumah sakit.
"Saat itu hendak menangkap kepalanya, tetapi entah karena licin, kepala ular lepas dan menggigit tangan Joko. Saat ini ia mendapatkan perawatan di rumah sakit karena urat nadinya putus tiga,” ujar Junaidi (61), warga setempat.
Sementara Kepala Satpol PP dan Damkar Kabupaten Tuban, Gunadi mengatakan, warga melaporkan kemunculan ular piton sepanjang 5 meter.
Petugas yang mendapatkan laporan tersebut mendatangi lokasi kejadian.
Namun saat petugas datang, ular tersebut sudah dievakuasi warga.
“Saat itu petugas kami datang ular sudah dievakuasi oleh warga,” kata Gunadi.
Dari kejadian ini Gunadi mengimbau agar tidak sembarangan mengevakuasi ular piton, walaupun jenis ular tersebut tidak berbisa tetapi lilitan dan gigitannya cukup berbahaya juga.
“Lebih baik dilaporkan kepada kami. Ular piton itu tidak berbisa tetapi bisa menggigit dan melilit. Apalagi ukuran ular piton itu cukup besar, kurang lebih 5 meter,” pungkasnya.
Kasus ular piton masuk ke rumah warga sudah menjadi pemandangan yang biasa manakala musim penghujan tiba.
Kendati demikian, keberadaan ular piton tetap harus diwaspadai. Meski tidak berbisa, ular piton membahayakan dan mematikan manusia.
Koordinator Jaga Satwa Indonesia (JSI) yang berkantor pusat di Kota Madiun, Yonny Purwandana menyatakan hewan melata yang memiliki nama latin Malayopython Reticulatus dapat membunuh manusia dengan lilitannya.
“Ular piton itu tidak berbisa tetapi berbahaya dan mematikan. Membahayakannya dari cara ular piton melilit,” kata Yonny, Selasa (29/4/2025).
Menurut Yonny, ular piton termasuk ular besar tetapi mematikan.
Biasanya ular piton dapat mematikan dengan cara melilit leher manusia.
“Ular piton itu kalau sudah membelit leher maka tidak sampai 5 menit orang sudah mati. Karena belitan ular di leher menghentikan pasokan oksigen ke otak manusia sehingga membuat orang meninggal,” jelas Yonny.
Habitat ular yang memiliki nama panggilan seperti sanca dan sowo dapat ditemukan pinggir sungai, tempat lembab hingga semak-semak.
Namun kalau misalkan ular piton dapat masuk rumah lantaran sebelum dibangun biasanya awal mulanya dulu hutan atau persawahan.
Dengan demikian, kasus ular masuk rumah bukan menjadi hal yang mengagetkan lagi.
“Kalau sampai masuk rumah berarti sebelum dibangun rumah, dulunya sawah atau bekas hutan,” jelas Yonny.
Menurut Yonny, ular piton dapat berkembang paling panjang rata-rata 5 meter pada umur empat hingga lima tahun.
Besarnya ular tergantung sumber makanannya. Kalau sumber makanannya terjamin maka ularnya cepat besar.
Ia mengatakan pernah ditemukan ular piton di pulau Kalimantan dengan panjang 9 meter.
Ular itu dapat panjang hingga 9 meter karena hidup di area yang luas.
“Seperti di Kalimantan hutan luas sehingga ular dapat gerak leluasa. Kalau di sini hanya 4 meter karena ruang geraknya sempit yang banyak hidup di gorong-gorong,” kata Yonny.
Ular piton yang dilindungi di Indonesia terdapat empat jenis. Tiga jenis hanya ditemukan di pulau Papua dan satu jenis di Ponorogo.
Pelaporan ular piton masuk rumah atau kandang biasanya terjadi saat musim penghujan.
Bahkan dari 300-an kasus yang ditangani JSI paling dominan ditangani adalah ular piton.
“Paling banyak ditemukan pas musim hujan. Karena tempat persembunyian tergenang air makanya ular piton pindah,” kata Yonny.
Tak hanya itu, saat musim penghujan, ular piton mengalami masa kawin dengan menghasilkan 30 sampai 50 butir.
“Setahun dapat produksi minimal satu kali. Biasanya musim penghujan musim kawin dan menetas,” ungkap Yonny.
Ular piton biasa menyerang manusia karena terprovokasi.
Terlebih ular piton memiliki sensor gerak.
Untuk itu bila diganggu dengan gerakan atau sentuhan maka otomatis ular piton akan menyerang obyek di depannya.
“Kalau dibiarkan saat lewat, ular piton tidak akan menggigit. Kalau kita diam dan tenang tidak akan tergigit karena ular piton menggunakan sensor gerak,” tutur Yonny.
Menurutnya, ular piton akan memakan ternak milik warga karena lapar.
Apalagi kebanyakan warga membuat kandang ternak rata-rata di pinggir sungai dan sawah dengan alasan lebih memudahkan akses air dan jauh dari bau.
Padahal tepian sungai itu kebanyakan menjadi habitatnya ular dan biawak.
Sejatinya Ular piton juga bisa membantu petani memakan tikus.
Kalau di sawah lapar, ular akan mencari lubang tikus.
Bisa menemukan sepuluh anakan tikus maka akan dimakan semuanya.
“Kalau 10 anak tikus tidak ada yang makan maka akan berkembang menjadi ratusan tikus. Hanya saja banyak petani yang belum bisa membedakan mana ular berbisa dan mana ular biasa yang menguntungkan,” kata Yonny.
Secara teori, ular piton dapat memakan hewan yang besarnya 10 kali lipat dari besar kepalanya.
Makanya bila ular piton sudah besar dapat memakan kambing karena mulutnya bisa membesar hingga 10 kali lipat.
Bila ketemu ular piton di area yang luas, langkah agar tidak diserang disarankan agar mengambil posisi diam.
Apalagi ular piton memiliki tipe bukan hewan pengejar.
“Kalau ketemu piton diam saja. Santai karena tidak ular itu bukan tipe pengejar. Kalau sengaja mengganggu dengan menendang atau mencolek pakai kayu maka ular itu akan menyerang. Kalau kita diam, maka akan lewat,” ujar Yonny.
Namun bila ingin menangkap ular piton bisa dilakukan tetapi harus tahu tekniknya.
Salah satu caranya dipegang kepalanya dulu maka sudah aman.
Setelah ditangkap kepalanya, ada teknik supaya tidak dibelit maka dipegang kepala dan ekornya.
“Setelah terbentuk huruf U ditahan pakai kaki kemudian meminta bantuan orang untuk ambil karun,” kata Yonny.
Yonny menyarankan ular piton yang dapat ditangkap sendiri memiliki ukuran paling panjang satu setengah meter.
Kalau di atas 2 meter maka wajib minimal dua orang menangkapnya.
Digigit Bisa Bengkak dan Bernanah
Menurut Yonny, gigatan ular piton dapat membawa penyakit.
Pasalnya ular piton acapkali memakan bangkai yang membawa bakteri.
Dengan demikian saat menggigit manusia bakteri yang berada di gigi ular masuk ke kulit manusia sehingga menimbulkan bengkak bernanah.
“Penyakitnya seperti bakteri karena ular makan bangkai. Sehingga di giginya menyisakan bakteri. Nanti kalau tergigit walau tidak berbisa dapat menimbulkan bengkak hingga mengeluarkan cairan nanah,” jelas Yonny.
(Banjarmasinpost.co.id/Surya.co.id/Kompas.com)