Grid.ID - Nicholas Saputra diketahui merupakan salah satu berbakat di dunia hiburan. Kemampuan pemeran tokoh Rangga dalam dunia akting bahkan sudah tak perlu lagi diragukan.
Ditambah lagi, Nicholas Saputra ternyata sosok yang fokus dengan pekerjaan dan jarang mengumbar soal kehidupan pribadi. Alhasil, gaya hidupnya yang terkesan misterius itu justru membuat banyak orang jadi terpikat.
Profil Nicholas Saputra
Dilansir dari Kompas.com dan Tribunnews.com, nama Nicholas Schubring Saputra mulai menggema ketika ia, yang kala itu masih belia, sukses memikat hati penonton lewat film Ada Apa dengan Cinta? (AADC) pada tahun 2002. Perannya sebagai Rangga tak hanya mengangkat namanya, tapi juga menjadi tonggak sejarah perfilman Indonesia modern.
Namun, perjalanan Nicholas tidak serta-merta mudah. Kecintaannya pada dunia seni peran sudah tumbuh sejak kecil, membawanya ke berbagai proses casting sebelum akhirnya diterima berperan sebagai Rangga.
Sebelumnya, ia lebih dulu menjajaki dunia modelingsebuah batu loncatan menuju layar lebar. Ketika AADC meledak, Nicholas tak lantas terjebak dalam kenyamanan peran yang sama. Ia justru melompat lebih jauh, membuktikan diri sebagai aktor serius.
Puncaknya, ia memenangkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik lewat film Gie (2005), sebuah peran yang bukan hanya menuntut kemampuan akting, tetapi juga kedalaman intelektual dan emosi. Uniknya, Nicholas dan Soe Hok Gie tokoh yang ia perankan sama-sama lulusan Universitas Indonesia, meski dari fakultas berbeda.
Dalam berbagai perannya setelah Gie, Nicholas kerap hadir sebagai sosok yang menyuarakan narasi-narasi yang berbeda. Dari Janji Joni yang jenaka, hingga Aruna dan Lidahnya yang menggugah selera, Nicholas seolah menjadi jaminan mutu bagi sebuah film.
Namun, di balik layar dan panggung popularitas, Nicholas adalah sosok yang sederhana. Ia pernah bercerita pada produser Mira Lesmana, bahwa ia sempat ingin menikah muda impian yang jarang terdengar dari seorang pria yang dikenal sangat tertutup soal kehidupan pribadinya.
Satu hal yang jarang diketahui publik, Nicholas ternyata piawai memasak. Bakat ini ia warisi dari sang ayah, yang kerap memasak hidangan Eropa di rumah. Setelah ayahnya wafat, keterampilan itu terus diasahnya.
Maka ketika ia memerankan seorang chef di Aruna dan Lidahnya, keotentikan perannya tak datang dari pelatihan singkat, melainkan dari pengalaman pribadi.
Masa kecil Nicholas pun tak lepas dari impian yang universal yakni menjadi atlet. Ia ingin menjadi pemain bulu tangkis atau petenis profesional. Sayang, jalan itu tak didukung oleh orang tuanya.
Ia juga pernah bercita-cita menjadi musisi. Meski tak menjadi atlet atau penyanyi, energi eksploratif masa kecilnya itulah yang membentuk kepekaan artistiknya kini.
Lebih dari dua dekade berkarier, Nicholas telah membintangi deretan film penting dalam perfilman Indonesia: Biola Tak Berdawai, Janji Joni, 3 Hari untuk Selamanya, Pendekar Tongkat Emas, hingga Paranoia. Peran-perannya selalu terasa penuh makna, tidak sekadar hadir sebagai wajah tampan di layar.
Kini, Nicholas Saputra bukan hanya ikon layar lebar, tetapi juga simbol dari aktor yang tetap setia pada idealismenya. Di dunia hiburan yang cepat berubah, ia memilih konsistensi. Dalam setiap karyanya, Nicholas selalu mengajak penonton untuk berpikir, merasakan, dan terkadang, mengingat kembali siapa diri kita sebenarnya.