Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara dikenal dengan semboyan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Apa arti dan maknanya?
Semboyan tut wuri handayani sendiri digunakan Ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikannya. Semboyan ini kemudian dicantumkan pada logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (kelak menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) sejak 1977.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 0398/M/1977 tanggal 6 Desember 1977, penggunaan semboyan tut wuri handayani pada lambang departemen bidang pendidikan dan kebudayaan tersebut merupakan penghormatan pada Ki Hajar Dewantara yang hari lahirnya pada 2 Mei menjadi Hari Pendidikan Nasional.
Semboyan Ki Hajar Dewantara ini disebut patrap triloka, yaitu prinsip tentang peran guru dalam mendidik siswa. Patrap triloka terdiri dari tiga unsur.
Berikut arti dan makna semboyan Ki Hajar Dewantara seperti dikutip dari Teori dan Aplikasi Manajemen Pendidikan oleh Rosi Tiurnida Maryance SS MPd dkk serta Ki Hajar Dewantara: Peran dan Sumbangsihnya bagi Indonesia oleh Adora Kinara.
Ki Hajar Dewantara menyarankan, pendidik hanya menuntun pertumbuhan dan hidup anak agar budi pekertinya kian baik. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah memajukan kesempurnaan hidup, yakni anak selaras dengan alam dan masyarakatnya, dikutip dari Dasar-Dasar Pendidikan: Kajian Teoretis untuk Mahasiswa PGSD oleh Bramianto Setiawan SPd MSi dan kawan-kawan.
Tak hanya menekankan peran guru, Ki Hajar Dewantara berpendapat ada prinsip tiga pusat pendidikan yang saling berkaitan. Berikut ketiganya:
Itulah semboyan Bapak Pendidikan Indonesia dan maknanya. Selamat Hari Pendidikan Nasional, detikers.