TRIBUNNEWS.COM - Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah sosok yang tak bisa dilepaskan dari sejarah pendidikan di Indonesia.
Ia dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia berkat dedikasi dan perjuangannya dalam mencerdaskan bangsa, terutama di masa penjajahan Belanda.
Ki Hajar Dewantara meninggalkan warisan pemikiran yang sangat berharga bagi dunia pendidikan di Tanah Air.
Salah satu warisan terbesarnya adalah tiga semboyan yang hingga kini menjadi pedoman bagi para pendidik, orang tua, dan pemimpin.
Ketiga semboyan itu adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.
Arti per kata dari semboyan tersebut adalah "Ing" berarti di atau di depan, "Ngarsa" artinya depan, "Sung" artinya menjadi atau sebagai dan Tuladha artinya "teladan/contoh".
Sehingga arti lengkap dari semboyan tersebut adalah "Di depan menjadi teladan".
Semboyan ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin atau guru yang berada di posisi terdepan harus menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam konteks pendidikan, seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menunjukkan sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang patut ditiru murid-muridnya.
Teladan yang baik akan memberikan inspirasi dan arah bagi peserta didik.
Jika dijabarkan per kata, "Ing" memiliki arti di, "Madya" artinya tengah, "Mangun" artinya membangun/menciptakan, dan "Karsa" artinya semangat/kehendak/prakarsa.
Sehingga jika digabungkan, semboyan tersebut memiliki makna "Di tengah membangun semangat".
Ketika berada di tengah-tengah anak didik atau masyarakat, seorang pendidik harus mampu menciptakan semangat, memotivasi, dan mendorong mereka untuk terus belajar dan berkembang.
Semboyan ini menekankan pentingnya peran guru untuk membangun suasana yang mendukung, sehingga semua merasa terlibat dan termotivasi untuk mencapai tujuan bersama.
Arti per kata dari semboyan tersebut adalah "Tut" artinya di, "Wuri" artinya belakang, dan "Handayani" artinya memberi dorongan/motivasi.
Sehingga makna lengkapnya adalah "Dari belakang memberikan dorongan".
Saat berada di belakang, peran seorang pemimpin atau guru adalah memberikan dukungan dan dorongan kepada anak didik atau timnya.
Dengan cara ini, peserta didik merasa percaya diri, mandiri, dan berani mengambil inisiatif.
Guru memberi ruang kepada siswa untuk berkembang tanpa selalu berada di garis depan, tapi tetap siap membantu ketika diperlukan.
(Farrah)
Dengan cara ini, peserta didik merasa percaya diri, mandiri, dan berani mengambil inisiatif.
Guru memberi ruang kepada siswa untuk berkembang tanpa selalu berada di garis depan, tapi tetap siap membantu ketika diperlukan.
(Farrah)