Sepekan pelaksanaan UTBK SNBT 2025, panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) berhasil menemukan banyak kecurangan dengan berbagai modusnya. Salah satu kecurangan dilakukan oleh satu lembaga bimbingan belajar (LBB) di Yogyakarta, yang memobilisasi peserta UTBK.
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Eduart Wolok menyebut dugaan modus kecurangan UTBK-nya adalah mendaftarkan banyak peserta bersama-sama dan mengatur agar ujian pada sesi-sesi awal.
Namun, Eduart menegaskan ini baru modus yang diduga.
"Tersinyalir, ini sekali lagi baru dugaan," kata Eduart dalam konferensi pers SNPMB: Kecurangan yang Terjadi Selama Pelaksanaan UTBK SNBT Sesi 1 hingga Sesi 2 pada Selasa (28/4/2025) yang diselenggarakan secara hybrid di Ruang Auditorium Lantai 2 Kemdiktisaintek dan secara daring melalui kanal-kanal media sosial SNPMB ID.
Rektor Universitas Negeri Gorontalo tersebut menjelaskan diduga ada sekitar 4.000 nama anomali yang menjadi peserta pada sesi-sesi awal. Diduga peserta yang dimobilisasi ini memotret atau mengingat soal atau menerapkan metode lain mempelajari pola soal UTBK.
"Sehingga peserta yang bener-bener sedang dibimbing, itu didaftarkan untuk ujian di sesi-sesi akhir dengan harapan sudah bisa lebih dibekali dengan informasi yang sudah didapat oleh nama-nama yang anomali tadi di sesi awal," jelas Eduart.
Ia menekankan sekali lagi ini baru dugaan, tetapi diperkuat dengan informasi dari peserta-peserta yang ditemukan dan diinterogasi di pusat-pusat UTBK.
"Kami pun tidak menyangka ada keterlibatan bimbel yang tadi di Jogja, tapi sekali lagi ini dugaan dari kita. Melihat polanya, ini dugaan dari kita. Apakah yang 4.000 nama anomali ini ada keterkaitan dengan bimbel, kita tidak tahu. Ataukah memang keterlibatan dengan pihak tertentu yang nantinya berhubungan dengan bimbel, kita juga belum tahu," ungkapnya.
"Artinya itu yang akan kita investigasi saat ini lebih lanjut bersama dengan pihak dan aparat yang berwajib," lanjutnya.
Eduart menyebut sanksi tidak hanya akan diterapkan kepada para pelaku kecurangan tahun ini, melainkan juga peserta curang pada tahun-tahun sebelumnya yang mungkin sudah jadi mahasiswa.
"Jangan sampai kita punya si A, ternyata kartu UTBK dia dengan dia yang sekarang di politeknik berbeda, ya bisa aja dia kita diskualifikasi," katanya.