5 Fakta Tugu Biawak di Wonosobo yang Viral: Mirip Asli hingga Anggaran Minim Rp 50 Juta
TRIBUNJATENG.COM - Berikut ini 5 fakta Tugu Biawak Wonosobo yang viral.
Tugu Biawak di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, sedang ramai dibicarakan.
Patung biawak ini viral di media sosial karena bentuknya yang mirip biawak sungguhan.
Bahkan pada malam hari, Tugu Biawak tetap terlihat detail berkat pencahayaan yang dipasang di sekitarnya.
Lampu-lampu itu membuat patung terlihat semakin nyata.
Tugu ini dibangun dengan anggaran sekitar Rp 50 juta dari program CSR beberapa BUMD di Wonosobo.
Ide pembangunan datang dari Karang Taruna Desa Krasak.
Rejo Arianto, seniman lokal lulusan ISI Surakarta, dipercaya membuat patung ini.
Ia dibantu oleh enam orang selama proses pengerjaan.
Pembangunan tugu memakan waktu sekitar 1,5 bulan.
Dukungan penuh juga datang dari Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat.
Kini, Tugu Biawak menjadi ikon baru Desa Krasak dan menarik banyak wisatawan untuk berhenti dan berfoto.
Berikut 5 fakta Tugu Biawak Wonosobo:
1. Dibangun dengan Anggaran Rp 50 Juta
Tugu Biawak dibangun dengan dana sekitar Rp 50 juta.
Dana ini berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR) beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Wonosobo.
"Untuk tenaga pengerjaan, kalau buat saya Rp 50 juta cukup," kata Rejo Arianto, seniman pembuat patung ini.
2. Digarap oleh Seniman Lokal
Rejo Arianto adalah sosok di balik Tugu Biawak.
Ia adalah lulusan Fakultas Seni Rupa ISI Surakarta.
Setelah lulus, Rejo kembali ke Wonosobo dan aktif sebagai pelukis.
"Semua lukisan di Pemkab Wonosobo adalah karya Mas Ari," kata Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat.
3. Proses Pembuatan 1,5 Bulan
Pembuatan patung biawak ini berlangsung sekitar 1,5 bulan.
Rejo dibantu oleh enam orang dalam proses pengerjaannya.
"Awal pembuatannya sebelum puasa dan selesai sekitar H-5 Lebaran," kata Rejo.
4. Terinspirasi dari Hewan Endemik Desa Krasak
Pemilihan biawak sebagai objek patung bukan tanpa alasan.
Biawak merupakan hewan endemik di Desa Krasak.
"Awal gagasan dari teman-teman karang taruna, kenapa dipilih biawak, karena biawak adalah hewan endemik lokal daerah tersebut yang perlu dilestarikan," kata Rejo.
5. Jadi Spot Foto Baru
Setelah selesai, Tugu Biawak langsung menarik perhatian banyak orang.
Banyak pengendara sengaja berhenti untuk berfoto di depan patung ini.
Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, Gunawan, mengungkap warga sangat antusias.
"Warga sangat antusias. Sekarang banyak yang berhenti di sini hanya untuk berfoto. Ini membanggakan karena tugu ini bisa menjadi ikon baru bagi Desa Krasak." (*)