TRIBUNJATIM.COM - Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (UTBK SNBT) 2025 mulai dimulai pada Rabu (23/4/2025).
Berbagai hal pun terjadi selama pelaksanaan seleksi tersebut.
Salah satunya adalah kecurangan.
Belasan kecurangan terjadi, misalnya salah satu peserta kepergok menaruh kamera di behel gigi.
Terlepas dari itu, banyak orang tua datang memberi dukungan.
Selengkapnya, simak fakta-fakta pelaksanaan UTBK SNBT 2025 di bawah ini.
Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com
fakta-fakta pelaksanaan UTBK SNBT 2025
Panitia UTBK 2025 fasilitasi peserta disabilitas
Dilansir dari Antara, sebanyak 377 peserta penyandang disabilitas telah mendaftar UTBK 2025. Mereka tersebar di 21 lokasi di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Tim Penanggungjawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok memaparkan bahwa ada 70 peserta tunanetra, 98 peserta tunadaksa, 192 peserta tunarungu, dan 17 peserta tunawicara.
Untuk memfasilitasi peserta dengan disabilitas, pihak panitia memberikan waktu ujian khusus bagi penyandang tunanetra.
Mereka mengikuti tes pada sesi 3 tanggal 24 April 2025 pagi hari. Kemudian bagi peserta tunarungu dan tunawicara mengikuti tes bersamaan dengan peserta lain.
Dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/4/2025), 76 calon mahasiswa disabilitas mengikuti UTBK SNBT 2025 di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Dari 76 total calon mahasiswa disabilitas, 12 orang diantaranya merupakan tunanetra.
Pihak UI menyediakan tempat di Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer) dengan aplikasi yang berbeda yakni Non Visual Desktop Access (NVDA).
Menggunakan aplikasi tersebut, peserta tunanetra bisa menggunakan komputer dan mendengarkan soal ujian. Panitia melengkapi fasilitas itu dengan headset dan riglet sebagai alat tulis untuk peserta.
Kecurangan selama tes berlangsung
Selama dua hari pertama dilaksanakan tas UTBK SNBT 2025, sudah terjadi 14 kecurangan yang ditemukan oleh tim SNPMB.
Pada hari pertama, Rabu (23/4/2025), ada sembilan kasus kecurangan yang ditemukan. Sedangkan pada hari kedua Kamis (24/4/2025), sudah ada lima kasus yang ditemukan.
Sehingga total kecurangan selama dua hari pelaksanaan SNBT 2025 ada 14 orang.
Menurut Eduart Wolok, presentase kecurangan yang terjadi selama SNBT 2025 tergolong kecil yakni di angka 0,0071 persen.
"Memang itu sangat kecil. Tetapi sekecil apapun kecurangan, kami tidak akan mentolerir," ungkap Profesor Eduart Wolok dalam konferensi pers panitia di YouTube SNPMB BPPP pada Jumat (25/4/2025).
Pihak panitia sendiri masih mendalami kecurangan yang terjadi di kalangan peserta. Mereka mengungkap kemungkinan bahwa kecurangan itu terjadi baik karena pihak internal maupun eksternal.
"Mereka mengambil soal dengan bermacam-macam cara dan sarana teknologi baik dengan perantara hardware atau software. Contohnya pakai HP recording desktop dan lainnya maupun cara konvensional," terangnya.
Selain itu, ada juga peserta yang melakukan remote desktop yang dikerjakan pihak lain di luar lokasi ujian.
Kemudian, ia memberikan klarifikasi bahwa bocornya soal tidak sesuai yang diujikan. Setidaknya ada 23 sesi UTBK, sehingga ada 23 set soal yang berbeda.
Dengan cara itu, para peserta yang mengerjakan berbeda sesi tidak akan mendapatkan soal dari sesi sebelumnya.
Eduart bahkan menjelaskan bahwa modus kecurangan UTBK SNBT 2025 sudah lebih bervariati daripada sebelumnya.
Beberapa di antaranya
penggunaan kamera mini yang dipasang pada behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing.
"Panitia SNPMB berhasil menengarai modus baru alat bantu kecurangan berupa kamera yang dipasang pada behel, gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing yang tidak terdeteksi menggunakan metal detector," ujar Eduart menjelaskan.
Orang tua peserta UTBK SNBT 2025 antar tes
Dalam mengerjakan UTBK SNBT 2025, para calon siswa tentunya membutuhkan dukungan emosional.
Beberapa di antara mereka bahkan sampai ditemani orang tua di lokasi tes.
Berdasarkan laporan Kompas.com, Kamis (24/4/2025), seorang wanita mengaku rela cuti agar bisa menemani anaknya dalam mengikuti tes di UI, Depok.
Orang tua calon peserta bernama Ita (53) itu menemani tes karena merasa bersalah sering meninggalkan anak semasa kecilnya.
"Ini aja lebih pada perasaan bersalah saya dari kecil dia banyak saya tinggal (bekerja)," ungkap Ita di Fasilkom UI dikutip dari Kompas.com.
Ketika menemani anaknya ujian di UI, Ita mengaku kesulitan menemukan lokasi lantaran kawasan kampus tersebut sangatlah luas.
"Kalau pagi-pagi ada yang bisa ditanyain gedung atau ruangannya di mana, kalau tidak kan repot, takut anak jadi telat juga," terangnya.
Penalaran Matematika jadi materi paling sulit
Berdasarkan penuturan peserta, Penalaran Matematika (PM) merupakan materi yang paling sulit diujikan selama SNBT 2025. PM sendiri berada di bagian akhir ujian.
"Menurut aku paling susah tuh PM-nya. 9 per 10 susahnya. Kayak cuma yang dikerjain itu cuma 5-6 soal aja. Sisanya aku nembak (Menebak)," kata peserta bernama Riva kepada Kompas.com pada Kamis (24/4/2025).
Padahal, ia sudah menyiapkan ujian dengan mengikuti tryout UTBK SNBT 2025.
Selain Rivia, peserta bernama Nida juga menganggap bahwa PM adalah materi paling sulit. Ia bahkan sampai kehabisan waktu ketika mengerjakan PM.
Terus juga aku tuh dua atau tiga soal-soal lagi aku nggak sempat dijawab karena waktu sudah habis. Karena kelamaan gitu, terus kayak panik kan nggak ngeliat waktunya, tiba-tiba sudah habis. Terus kayak nyesel gitu nggak ngeliat waktunya," ujar Nida.
Sebagai saran untuk peserta UTBK SNBT 2025 lain, Nida menyarankan agar lebih memperhatikan alokasi waktu dalam mengerjakan soal.
-----