TRIBUNJAKARTA.COM - Eks pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) menyebut ada sebuah 'bunker rahasia' tempat penyiksaan para eks pemain sirkus OCI yang berada di kawasan Taman Safari Indonesia.

Namun, ternyata setelah ditelusuri, bunker tersebut tidak ada.

Bunker yang disebut-sebut oleh eks pemain sirkus itu adalah rumah pribadi dari Hadi Manansang, pendiri dari Taman Safari Indonesia dan pencetus dari OCI. 

Lantas seperti apa penampakan dari rumah pribadi Hadi Manansang?

Dikutip dari tayangan Metro TV, rumah pribadi Hadi memiliki dua lantai.

Lantai pertama merupakan rumah pribadi dari Hadi Manansang.

Sementara lantai dasar atau ruang bawah tanah ini lah yang disebut-sebut sebagai bunker oleh eks pemain sirkus. 

Lantai itu adalah tempat para eks pemain OCI kala itu tinggal dan juga mendapatkan pelatihan. 

Selain itu, di sana mereka disebut-sebut mendapatkan penyiksaan. 

Kondisi lantai bawah tanah

Untuk menuju tempat tinggal eks pemain sirkus di lantai bawah tanah, terdapat sebuah tangga menurun dari lantai pertama. 

Saat berada di lantai bawah tanah terdapat area umum (common area) di mana terdapat ruang masak dan pantri bagi karyawan-karyawan atau pemain-pemain dari OCI untuk memasak kemudian makan. 

Selanjutnya masih area umum, terdapat tempat mereka berkumpul. 

Di sini lah tempat eks para pemain OCI berlatih. Terlihat di sekeliling ruangan tersebut dikeliling oleh kaca-kaca yang digunakan untuk latihan gimnastik. 

Terdapat juga banyak foto-foto kegiatan OCI. 

Di sebelah area umum, terdapat sejumlah kamar dari pemain OCI yang sudah tidak digunakan lagi lantaran OCI sudah bubar sejak tahun 2019. 

Sementara itu, Pihak Taman Safari membantah tuduhan adanya bunker rahasia di area Taman Safari Indonesia. 

Sebut ada bunker

Sebelumnya, mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkapkan ada bunker di bagian bawah rumah di Taman Safari sebagai lokasi penyiksaan.

Hal itu diungkap dalam bagian empat tuntutan serius yang dilayangkan kepada pihak Taman Safari Indonesia terkait dugaan eksploitasi dan penyiksaan yang mereka alami semasa bekerja di sirkus tersebut.

Melalui kuasa hukumnya, Muhammad Sholeh, para mantan pemain menyuarakan keinginan mereka untuk mendapatkan keadilan, terutama terkait kondisi kerja yang mereka alami sejak kecil.

Salah satu poin penting yang disoroti adalah dugaan keberadaan bunker penyiksaan di lokasi Taman Safari.

Sholeh memaparkan bahwa terdapat empat tuntutan utama yang diajukan oleh kliennya.

Tuntutan pertama adalah membuka identitas asli dari 60 mantan pemain sirkus yang merasa tidak tahu asal-usul mereka karena sejak kecil telah hidup dalam lingkungan tertutup sirkus.

"Satu, buka asal-usul 60 mantan pemain sirkus ini," kata Sholeh dalam pernyataan yang dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (19/4/2025).

"Ini tidak bisa tidak," lanjutnya.

Tuntutan kedua adalah pembentukan tim investigasi independen yang bertugas meneliti secara langsung lokasi-lokasi Taman Safari di Indonesia, termasuk di Cisarua (Bogor), Prigen (Jawa Timur), dan Gianyar (Bali).

"Bentuk tim investigasi supaya bisa mendatangi lokasi Taman Safari. Menurut teman-teman di sana itu ada bunker. Rumahnya itu ada di bawah tanah, tempat mereka tinggal di situ lah tempat penyiksaan. Itu berdasarkan pengakuan (korban)," jelas Sholeh.

Tuntutan ketiga berkaitan dengan upaya hukum di tingkat lebih tinggi, yaitu pembentukan pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mengadili dugaan pelanggaran berat yang terjadi pada tahun 1997.

Menurut Sholeh, meski saat itu belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur HAM, pengadilan HAM tetap penting untuk dibentuk demi memberikan keadilan dan menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang.

Tuntutan keempat adalah pemberian kompensasi atau ganti rugi.

Para korban mengeklaim telah dieksploitasi sejak kecil hingga dewasa tanpa mendapatkan upah yang layak.

"Yang keempat baru bicara ganti rugi, tapi tiga itu tadi harus dilalui dulu. Kenapa harus ada ganti rugi? Karena sejak kecil dieksploitasi sampai dia dewasa, tidak pernah digaji," kata Sholeh.

Ia menambahkan bahwa ada korban yang mengalami kekerasan fisik serius.

"Juga terhadap kekerasan, ada yang membekas tangannya dipukul sama balok, korban Ida sampai badannya cacat. Menurut saya, wajar sekali kalau mereka menuntut ganti rugi," tegasnya.

Penjelasan Taman Safari

Tony Sumampau, pendiri OCI sekaligus Komisaris Taman Safari Indonesia, membantah keras tuduhan eksploitasi dan penyiksaan terhadap para pemain sirkus.

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Kamis (17/4/2025), Tony menyatakan bahwa proses pelatihan memang menuntut kedisiplinan tinggi, tetapi tidak sampai melibatkan kekerasan seperti yang dituduhkan.

"Betul, pendisiplinan itu kan dalam pelatihan ya, pasti ada. Saya harus akui. Cuma kalau sampai dipukul pakai besi, itu nggak mungkin," ujar Tony.

Ia menilai tuduhan tersebut terlalu sensasional dan tidak masuk akal. Tony juga menduga adanya pihak luar yang memprovokasi mantan pemain untuk membesar-besarkan kasus ini.

"Kita sedang mengupayakan langkah hukum terhadap pihak yang memanfaatkan mereka," tambahnya.

 

Baca Lebih Lanjut
Sejak Kecil Tak Tahu Asal-usulnya, 60 Pemain Sirkus OCI Tuntut Pembukaan Identitas ke Taman Safari
Tribunnews
Awal Mula Berdirinya Taman Safari Indonesia dan Sirkus OCI yang Kini Viral, Sosok Hadi Manansang Jadi Pencetusnya
Fidiah Nuzul Aini
Taman Safari Bicara soal Tuntutan Ganti Rugi dan Asal-usul Eks Pemain Sirkus OCI
Detik
Ramai Kasus Sirkus Taman Safari: Dugaan Eksploitasi hingga Salah Persepsi
Detik
Sosok Jansen Manansang, Pemilik Taman Safari Indonesia, Ternyata Anak Pemain Sirkus Keliling
Tribunnews
Akui Dieksploitasi Sejak Kecil dan Tak Diberi Upah Layak, Eks Pemain Sirkus OCI Tuntut Ganti Rugi
Tribunnews
Komnas HAM 3 Kali Terima Aduan Dugaan Eksploitasi Pemain Sirkus Taman Safari
Detik
Sosok '3 Macan Safari' Pendiri Taman Safari Indonesia yang Disorot, Ada Tuduhan Eksploitasi Pekerja
Tribunnews
Terungkap Data Komnas HAM 1997, 60 Balita Dieksploitasi OCI, Kini 3 Pemilik Taman Safari Dituntut
Tribunnews
Beda Pernyataan Komnas HAM dan Pendiri Taman Safari Indonesia soal Dugaan Eksploitasi Pemain OCI
Tribunnews