Kuasa Hukum mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), Muhammad Sholeh, menuntut adanya pemberian kompensasi atau ganti rugi dari pihak Taman Safari kepada para kliennya.
Tuntutan ganti rugi ini dilayangkan para pemain sirkus OCI karena mereka merasa dieksploitasi sejak kecil.
Bahkan dari mereka kecil hingga dewasa, mereka mengaku tak mendapatkan upah yang layak.
"Kenapa harus ada ganti rugi? Karena sejak kecil dieksploitasi sampai dia dewasa, tidak pernah digaji," kata Sholeh, dilansir Kompas.com, Minggu (20/4/2025).
Tak hanya itu, Sholeh juga mengungkap adanya pemain sirkus OCI yang mengalami kekerasan fisik serius.
Ada yang memiliki bekas luka di tangan karena dipukul menggunakan balok, bahkan cacat akibat dianiaya.
Untuk itu Sholeh merasa tuntutan ganti rugi ini adalah hal yang wajar dilakukan oleh para pemain sirkus OCI, terlebih dengan segala kekerasan yang mereka dapatkan selama ini.
"Juga terhadap kekerasan, ada yang membekas tangannya dipukul sama balok, korban Ida sampai badannya cacat."
"Menurut saya, wajar sekali kalau mereka menuntut ganti rugi," tegasnya.
Cerita Eks Pemain Sirkus OCI Alami PenyiksaanEks pemain sirkus OCI, Vivi dan Butet, menceritakan pengalaman kelam saat mengalami dugaan penyiksaan.
Keduanya mengaku kerap disiksa oleh pria bernama Frans dan Jansen yang diduga merupakan pemilik saham Taman Safari Indonesia (TSI).
Vivi menceritakan, selama jadi pemain sirkus, dirinya tinggal bersama sang bos.
"Waktu di sirkus, Frans sama Pak Yansen, yang sering nyiksa," kata Vivi, dikutip dari Youtube Forum Keadilan TV, Kamis (16/4/2025).
Menurut Vivi, saat usianya belasan tahun, dirinya sempat mencoba kabur.
Vivi yang tidak pernah tahu siapa orang tuanya itu nekat kabur karena sudah tidak tahan dengan penyiksaan.
Ia sempat sembunyi di rumah seorang karyawan TSI di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Namun, saat dirinya hendak pergi ke tempat yang lebih jauh lagi, Vivi keburu ditemukan oleh sekuriti TSI.
"Saya kenal sekuriti itu bernama Bapak Odo," jelasnya.
Vivi lalu dibawa oleh sekuriti itu dengan imingiming tidak akan dipukuli.
Setelah dibawa kembali ke pos sekuriti TSI, dirinya dijemput oleh Frans dan istrinya untuk dibawa pulang.
Vivi kemudian dibawa pulang oleh Frans dengan menaiki mobil menuju ke rumahnya.
Selama perjalanan, Vivi mengaku dipukuli oleh Frans.
"Saya masih merasa tertekan, sempet pengen minta tolong ke pengunjung tapi nggak berani, takut tidak ada yang percaya," ungkap dia.
Beruntung, Vivi dibantu oleh karyawan TSI yang sempat jadi guru silatnya hingga akhirnya dibawa kabur ke Semarang, Jawa Tengah.
Sama seperti Vivi, Butet pun sering mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh bos TSI.
Penyiksaan terparah yang dialami oleh Butet yakni saat dirinya ketahuan hamil oleh karyawan.
"Saya pacaran dengan karyawan, sekitar usia 18 tahun, terus ketahuan, dan saya juga sampai hamil," kata Butet.
Mengetahui Butet hamil dan berhubungan dengan karyawan, bos TSI pun langsung menyiksanya menggunakan balok kayu.
"Bekasnya masih ada, dipukulin pakai balok sampai patah, oleh Frans," ungkapnya.
Setelah itu, Butet kemudian dirantai selama dua bulan setiap malam hari.
"Setiap habis selesai show, saya dirantai. Sampai saya melahirkan pun dipisahkan dengan anak saya," ungkapnya.
Bukan itu saja, Butet juga mengaku sempat dipaksa makan kotoran gajah karena ketahuan mengambil daging empal.
"Saya pernah kenakalan anakanak, saya ngambil empalnya satu, dia langsung jejelin saya kotoran gajah," kata dia.
Baca berita lainnya terkait Pemain Sirkus dan Kehidupannya.